Lingkungan? Apa yang ada dibenak Saudara ketika
mendengar tuh kata “Lingkungan”? Ow, saya yakin deh salah satunya pasti ada
kata “Sampah” yang muncul. Ora piye tho?,
Zaman sekarang nih sampah terus meningkat elektabilitasnya bak seseorang yang
tersohor, bahkan kalau disurvei secara independen dapat diprediksi bahwa sampah
tuh pasti di rentang 5 besar permasalahan Lingkungan. Nah saudara-saudara se
bangsa, setanah air, dan tentunya se- BLOGGER. Dalam rangka mengikuti kontes
Blog yang diadakan WWF Indonesia yang bekerjasama dengan Blogdetik dengan tema
Blogger Peduli Lingkungan ini, izinkanlah saya (sebut saja Masram) berbagi
gagasan cemerlang bak Suringlang diapit
Layung Senja sekaligus berpartisipasi aktif dalam kampanye #IngatLingkungandengan Judul Gagasannya adalah “Mengelola Sampah Sedari Dini!”. Masram tidak
sendiri dalam mencetuskan Gagasan ini, ditemanin teman satu Geng dari sebuah
Kelompok Keilmiahan di Kampus kami bersama mengkreasikan sebuah gagasan solutif
untuk permasalahan Sampah. Thanks a lot for my the best partner, Sdri. Nurul A.
dan Sdri. Rina F. Eh ada yang protes dengan penggunaan kata Dini?, maaf
Saudara. Dini yang dimaksud bukan tetangga Masram, Tetangga Saudara, ataupun
bahkan Saudari Blogger. Ini hanyalah sebuah istilah lain yang berarti “Saat
masih Kecil atau anak-anak”. Okelah Cekidot gagasan Masram yang dikemas dalam
keseriusan berbaur data dari sumber yang dapat dipercaya.
Permasalahan
mengenai pengelolaan sampah merupakan masalah klasik yang tidak kunjung
terselesaikan. Kesan negatif dan rendah terhadap sampah merupakan salah satu
penyebab kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengelolanya secara mandiri.
Menurut WHO, sampah didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Candra, 2007). Sebagai sesuatu
yang tidak digunakan yang notabene disebabkan oleh kegiatan manusia maka sudah
seharusnya sampah diolah secara mandiri oleh yang bersangkutan. Sebagai bagian
yang tak terparsialkan dari kehidupan manusia, sampah bergerak sebanding dan
linier dengan perkembangan manusia itu sendiri. Mulai dari meningkatnya jumlah
populasi maupun perubahan gaya hidup manusia. Hal lain yang mempunyai andil
dalam bertambahnya volume sampah selain alur kehidupan manusia antara lain
seperti sistem pengelolaan sampah, keadaan geografi, musim dan waktu, teknologi
serta tingkat sosial ekonomi masyarakat. Dari beberapa hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa semakin kompleks alur kehidupan manusia, terutama di
kota-kota besar maka sudah dapat dipastikan bahwa jumlah sampah juga akan terus
bertambah.
Sebagai
sampel adalah volume sampah di DKI Jakarta. Menurut Dinas Kebersihan DKI,
volume sampah di Jakarta rata-rata sekitar 6.000-6.500 ton perhari. Jumlah ini
selaras dengan tingkat populasi dan alur kehidupan di Kota Jakarta. Dalam skala
nasional, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) memperkirakan
Indonesia membutuhkan sekitar 122 tempat sampah seukuran gelora Bung Karno
(GBK) setiap tahunnya untuk menampung sampah yang tidak terangkut. Di lain
kesempatan, BAPPENAS juga memberikan keterangan melalui Direktur Perumahan dan
Pemukiman bahwa volume sampah di Indonesia mencapai 1 juta meter kubik setiap
hari, namun baru 42% diantaranya yang terangkut dan diolah dengan baik. Jadi,
sampah yang tidak terangkut sekitar 348.000 meter titik atau sekitar 300 ton
setiap harinya. Data ini merupakan cerminan mengenai tata kelola sampah yang
belum optimal. Faktor inilah yang menjadikan masalah pengelolaan sampah
dijadikan prioritas pada umumnya di pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah.
Beberapa upaya telah digencarkan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan
sampah. Mulai dari finansial sampai berbagai program telah digalakkan oleh
pemerintah. Kementerian Pekerjaan Umum (PU)
telah menganggarkan dana Rp 800 miliar setiap tahun untuk membangun 250 tempat
pembuangan akhir (TPA) di seluruh wilayah Indonesia selama kurun waktu lima
tahun. Program tersebut telah tertuang dalam RJPM sehingga harus dilaksanakan
dan diharapkan rampung sampai tahun 2014. Di sisi lain, pemerintah juga gencar
melibatkan masyarakat secara aktif untuk gotong royong mengelola sampah. Salah
satunya dengan meluncurkan program Bank Sampah. Bank ini merekrut masyarakat
sebagai nasabah dan menyetorkan tabungan berupa sampah yang sudah di
pilah-pilah berdasarkan jenisnya. Nasabah akan mendapatkan keuntungan setelah
sampah berhasil di daur ulang menjadi bahan bernilai jual.
Beberapa upaya di atas dirasa belum optimal mengingat semakin
hari volume sampah semakin meningkat. Sudah seharusnya masalah sampah menjadi
masalah semua pihak, tidak hanya mengandalkan pemerintah pusat maupun daerah.
Semua elemen masyarakat mempunyai andil besar dalam penanganan masalah ini. Di
sisi lain kesadaran akan pola hidup bersih juga cukup berperan penting dalam
permasalahan sampah. Sudah diketahui bersama bahwa untuk menciptakan suatu
kesadaran khususnya sadar lingkungan tidak tercipta secara intan dan cepat.
Perlu proses pendidikan yang bertahap dan berkelanjutan. Berlandaskan pemikiran
inilah Masram mempunyai sebuah gagasan guna memperkenalkan aspek kesadaran
dalam bidang lingkungan khususnya dalam pengelolaan sampah semenjak usia dini.
Gagasan tersebut masram
tuangkan dalam sebuah program yaitu “Program
Pelajar Sahabat Sampah (PS2) Sebagai Upaya Pengenalan Dini Manajemen Pengelolaan Sampah Kepada Siswa Sekolah Dasar”. Program
ini merupakan solusi aplikatif atas permasalahan kurangnya kesadaran masyarakat
dalam mengelola sampah secara mandiri. Dengan pendidikan manajemen sampah
sedini mungkin, diharapkan anak-anak di setiap jenjang usianya bahkan sampai
dewasa mempunyai kepekaan akan sadar lingkungan dan berusaha semaksimal mungkin
untuk menciptakan kondisi lingkungan yang bersih, rapi dan tertata.
Program Pelajar Sahabat Sampah (PS2) merupakan program
baru yang dapat dijadikan solusi aplikatif untuk menumbuhkan kesadaran yang
diimbangi komopetensi masyarakat sedini mungkin dalam pengeloaan sampah.
Program ini menjadikan anak-anak di jenjang sekolah dasar sebagai objeknya.
Mulai dari kelas satu sekolah dasar sudah diperkenalkan tentang pola mengelola sampah yang baik dan benar
melalui program ini. Di lain sisi, program ini juga bertujuan untuk mengubah
paradigma masyarakat mulai dari usia anak-anak bahwa sampah yang pada awalnya
sampah dianggap sesuatu yang negatif dan hanya dibersihkan oleh tukang sampah,
maka dengan adanya program ini paradigma tersebut mulai luntur dan muncul suatu
konsekuensi tanggung jawab bahwa sampah adalah tanggung jawab bersama. Berikut
adalah model pelaksanaa teknik Program Pelajar Sahabat Sampah.
Pemerintah
melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilimpahkan pada Dinas
Pendidikan di setiap daerah yang bersangkutan, meluncurkan Program Pelajar
Sahabat Sampah (PS2). Pemerintah juga menghimbau ke setiap sekolah dasar bahwa
Program PS2 adalah program wajib yang harus dilaksankan di setiap sekolah. Hal
ini dapat diperkuat dengan dibuatkannya dasar hukum seperti pereturan
pemerintah. Pemerintah juga harus bersinergi dengan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) khususnya yang berada di bidang sosial lingkungan. Sinergi ini sangat
diperlukan guna penyatuan gagasan sehingga terjadinya suatu kekompakan padu
dalam menjalan Program PS2 bersamaan.
Manfaat
yang ingin dicapai dari program ini adalah munculnya
kesadaran masyarakat sedari dini atau semenjak usia anak-anak di jenjang
sekolah dasar akan pentingnya mengelola sampah guna terciptanya lingkungan
hidup yang asri dan bersih. Sudah pasti bahwa kesadaran yang ditimbulkan juga
dibarengi dengan kompetensi dalam mengelola sampah secara mandiri. Selanjutnya,
luaran khusu dari program ini disebut dengan Pelajar Sahabat Sampah. Pelajar luaran
dari program ini mempunyai kompetensi mandiri
dalam mengelola sampah
yaitu, a).
Mampu menyusun rencana manajemen pengelolaan
sampah. b). Mampu menjalankan rencana yang dibuat dan
mampu menemukan solusi ketika menghadapi kendala dalam pelaksanaanya. c). Mampu
mengevaluasi manajemen pengelolaan sampah
yang telah dilaksanakan. d). Mempu berinovasi dalam upaya pengembangan lebih
lanjut pola pengelolaan sampah.
Nah, semoga saja gagasan ini dibaca oleh pihak yang
berwenang untuk mengimplentasikannya. Namun tak lah elok ketika kita hanya
duduk diam tanpa pergerakan apapun. Kita Boleh Punya Mimpi yang Besar, namun
tanpa Tindakan Mimpi Kita tidak akan Bergerak Kemana-mana. Mulai dari
lingkungan terkecil, kepada sanak saudara kita, adik-adik kita, mari kita beri
contoh untuk sebuah upaya pendidikan sadar lingkungan dengan konsep Learning by Doing. Di akhir, Masram
ucapkan terima kasih kepada WWF Indonesia dan Blogdetik, sebuah kesempatan emas
bagi Blogger untuk menyampaikan gagasannya dalam Tajuk Lomba Blog
#IngatLingkungan ini. Lingkungan Indonesia akan Asri, Jika Masyarakatnya pun
Berperilaku Asri. Salam Muda Hebat Muda Bermanfaat!
Oh iya, Selain Buang Sampah pada tempatnya, Mari Menanam juga ya Saudara/ri.
Karena Menanam itu Bukan hanya Tugas Pemerintah saja, Apalagi Tugas Pak Kades saja. Namun tugas Kita Semua!
gagasan nya sangat bagus dan sangat bermanfaat untuk membantu menjaga lingkungan...:)
ReplyDeleteGood luck, bro! Semoga ide baiknya didukung Semesta --yang selalu ajarkan perbuatan baik pd semua makhluk.
ReplyDeleteTerima kasih Kawan.
ReplyDelete