Optimalisasi Program Citarum Harum
melalui Pelibatan Duta Lokal di setiap Daerah Aliran Sungai Citarum
Agus Ramelan
*Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti WRITINGTHON (WRITING-MARATHON), yaitu Sebuah event kepenulisan yang terinspirasi dari Hackaton (Hacking-Marathon). Para peserta akan dikarantina dan diberikan tantangan kepenulisan. Output dari program ini ialah buku yang disusun secara kolektif oleh para peserta Writingthon. Kalian juga bisa ikut dengan klik di : http://bitread.id/writingthondikti/. Selamat Mencoba!
Citarum
di Tanah Legenda
Sungai
Citarum adalah salah satu contoh warisan berharga para legenda Jawa Barat. Dalam
naskah Bujangga Manik, Citarum berasal dari kata Ci yang berarti air dan Tarum
yang berari tanaman yang menghasilkan warna biru. Dahulu Sungai Citarum
merupakan batas kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda1. Hulu Sungai
Citarum berasal dari sebuah situ yang sangat indah dan alami, yaitu Situ
Cisanti. Pada situ ini terdapat mata air
yang merupakan cikal bakal Sungai Citarum yang mengalir sepanjang kurang lebih
290 km dan membelah beberapa wilayah di Jawa Barat. Mata air Citarum dan
Cisanti mempunyai kisah sejarah spesial yaitu mengenai Prabu Siliwangi, sang
Raja Kerajaan Padjajaran di tanah parahyangan.
Konon
kedua mata air tersebut merupakan patilasan
dan lokasi favorit sang Prabu untuk membersihkan badan2. Tak
heran jika saat ini lokasi tersebut menjadi wisata alam dan sejarah yang cukup
tenar di Kabupaten Bandung Barat.
Masih
ingat dengan semboyan PON XIX/2016 yang berbunyi “Berjaya di Tanah Legenda”?
Tema itu diusung dengan tujuan menghormati capaian gemilang para legenda di
Jawa Barat. Baik legenda di dunia olah raga, legenda pergerakan pahlwan, sampai
legenda para leluhur Jawa Barat. Dalam naskah Galunggung tertcantum “Hana nguni hana mangke, tan han nguni tan
hana mangke” yang berarti tiada masa kini tanpa ada masa lalu, masa kini
adalah peninggalan masa lalu3. Dari kalimat bersejarah ini, seharus
kita mengambil sebuah makna bahwa penghromatan harus kita berikan kepada para
legenda, mereka yang mewariskan segala potensi Jawa Barat yang subur alamnya,
dan ramah masyarakatnya. Upaya itu tentu saja termasuk dengan menjaga
kelestarian Sungai Citarum. Lalu, bagaimana kondisi Sungai Citarum saat ini?
Citarum, Kondismu Kini
Siapa
yang tidak tahu kemegahan Sungai Citarum? Bahkan tidak sedikit warga asing yang
berbondong-bondong ingin melihat langsung “kehororan” sungainya dan “keanehan”
sekaligus “kekuatan” warganya untuk bertahan hidup di sekitar aliran Sungai
Citarum. Secara fisik, sungai ini merupakan sungai terpanjang di Provinsi Jawa
Barat. Sungai ini mengaliri 5 daerah aliran sungai (DAS), 9 kabupaten, dan
kota. Sebagai sungai terpanjang, Citarum memiliki potensi air yang besar.
Sehingga masyarakat di daerah alirannya menopangkan lehihudapannya pada sungai
ini. Total potensi air di wilayah sungai Citarum adalah sebesar 13 milyar
m3/tahun. Potensi air yang sudah dimanfaatkan sebanyak 37.5 milyar m /tahun
(57.9%) dan yang belum dimanfaatkan 5.45 milyar m3/tahun (42.1%)4.
Lebih dari itu, Sungai Citarum menjadi penopang utama kebutuhan air bagi
masyarakat di kabaputen/kota yang dilaluinya.
Sejuta
potensi Sungai Citarum ternyata tak mampu merayu masyarakat untuk memperlakukannya
sebagai “tuan putri”. Justru, Ia malah diperlakukan sebagai “tempat sampah”
yang setiap hari dihujam dengan sampah yang kotor dan berbahaya. Memang, “tuan
putri” tidak marah besar, namun air mata nya terkadang meluap juga karena tidak
tertahan. Ironi memang, Ia memberi manfaat tanpa henti malah dibalas dengan air
tuba. Begitulah, kondisimu kini oh Sungai Citarum.
Permasalahan
Sungai Citarum berada di tingkat yang sangat komplek dan saling terkait antara
satu masalah dengan masalah lainnya. Majalah The Sun, 4 Desember 2009, telah menobatkan Sungai Citarum sebagai
salah satu sungai terkotor di dunia. Penobatan ini sudah mendengung sampai ke
seluruh pelosok negeri ini. Bukan hanya kita saja yang prihatin, orang asing
pun ikut menunjukkan sikap simpati terhadap kondisi ini. Masih ingat dua orang
bule perancis yang mendayung kayak dari botol plastik bekas di Sungai Citarum?
Kakak
beradik Gary Bencheghib dan Sam Bencheghib memulai perjalanan menyusuri salah
satu sungai terkotor di dunia, Sungai Citarum. Tujuan mereka bukan untuk wisata
atau adu nyali semata, namun ingin menyadarkan masyarakat betapa berpolusi dan
berbahayanya Sungai Citarum saat ini. Gary dan Sam juga berupaya, membagikan
pengetahuan, jika sungai tersebut menjadi lokasi terbesar penyumbang sampah
yang bermuara di laut atau perairan di Indonesia. Aksi tersebut mereka kemas
dalam sebuah video dokumenter dan diupload di internet dengan hastag #PlasticBottleCitarum.
Konon, video ini terdengar sampai ke Istana dan mendapatkan respon yang cukup
serius.
Kedua
pemuda perancis tersebut bukan lah satu-satu nya orang asing yang peduli
terhadap Sungai Citarum. Pada 2014 silam, sebuah chanel youtube bernama “Unreported World” membuat sebuah film
dokumenter dengan terjun langsung ke Sungai Citarum. Seyi Rhodes, reporter yang
diutus terjun ke sungai, ke kampung-kampung di sekitar Citarum, industri
pemasok limbah industri, dan juga berdiskusi langsung dengan LSM yang intens
dalam menjaga kelestarian Sungai Citarum. Untuk membuat dokumen pembuktian,
Seyi melibatkan peneliti untuk mengambil sampel air di Sungai Citarum dan
mengujinya di laboratorium. Hasilnya sudah diduga, air sampel tersebut
mengandung toxic yang sangat berbahaya. Tak sampai sini, dia lebih memastikan
dengan mengunjungi kementrian terkait untuk menanyakan langsung
langkah-langakah pemerintah Indonesia dalam menangani permasalahan serius ini.
Apakah
kita tidak terheran-heran? Orang asing saja sebegitu pedulinya dengan Sungai Citarum.
Padahal mereka tidak mendapatkan manfaat secara langsung berkat keberadaan
Sungai Citarum. Sedangkan kita, khususnya warga Jawa Barat dan DKI, setiap hari
kita bergantung pada sungai ini. Lalu kita seolah-olah menghilangkah kesadaran
untuk menjaga kelestariannya? Inilah kenyataan bahwa Sungai Citarum mengandung
permasalahan rumit di setiap bagiannya, baik di Citarum Hulu, Citarum Tengah,
dan Citarum Hilir. Penebangan hutan, erosi tanah, alih fungsi resapan air,
pencemaran limbah domestik dan industri adalah penyebab utamanya. Nafsu
kepentingan sesaat membutakan perilaku yang ramah lingkungan. Akibatnya, kita
buang racun ke sungai maka kita sendirilah yang akan panen racun tersebut.
Jurus-jurus
yang dianggap sejati telah dilakukan oleh pihak berwenang yaitu Pemerintah
Indonesia. Pada periode 2000-2003, telah dicanangkan program Citarum Bergetar.
Kata “bergetar” merupakan singkatan singkatan kata dari bersih, geulis (cantik dalam bahasa Sunda), dan
lestari. Program ini berfokus pada pengendalian pemulihan konservasi dan
pemberdayaan masyarakat. Ternyata program ini belum dianggap optimal, karena
kian hari masalah Sungai Citarum kian kompleks. Selanjutnya, pada tahun 2008
pemerintah mendapatkan pinjaman dari Asian Development Bank (ADB). Besar paket
pinjaman itu senilai USD 500 juta atau sekitar Rp 6,7 triliun untuk program berjangka
15 tahun. Program jangka panjang 2008-2023 ini bernama Integrated Citarum Water Resources Management Investement Program
(ICWRMIP) atau Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu di Wilayah Sungai Citarum.
Singkatnya, dapat disebut sebagai program Citarum Terpadu. Sementara ICWRMIP
belum menunjukkan hasil positif, Pemprov Jabar kembali mencanangkan program
pemulihan pada 2013. Nama program kali itu juga mentereng, yakni Citarum
Bestari. Bestari mempunyai makna “baik budi pekerti” merupakan kependekan dari
bersih, sehat, indah, dan lestari. Lewat Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 75
Tahun 2015, gerakan Citarum Bestari resmi diluncurkan. Anggaran sekitar Rp 80
miliar pun disiapkan demi memuluskan jalan menggapai target Citarum Bestari. Pada
tahun 2017, nama Citarum kembali popule dengan predikat sungai terkotor dan
lagi-lagi membuat pemerintah bereaksi dengan menerbitkan program baru. Kali ini
bernama Citarum Harum, dan ditargetkan rampung dalam waktu tujuh tahun. Target
itu disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo saat meninjau kawasan hulu
Sungai Citarum. Citarum Harum dipimpin Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman, dan melibatkan banyak pihak, mulai dari kementerian yang
berwenang, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kepolisian, hingga
TNI. Keterlibatan TNI secara masif dan terstruktur dalam program ini diharapkan
membawa hasil berbeda dibanding program-program sebelumnya yang berakhir muram7.
Naluri
murni sebagai makhluk hidup, tentu saja masih ada masyarakat yang peduli
terhadap permasalahan Sungai Citarum. Komunitas-komunitas peduli Sungai Citarum
bermunculan dan melakukan aksi yang sebisa-bisa mungkin untuk dilakukan.
Misalnya adalah penutupan lubang pembuangan limbah industri yang tidak
menerapkan IPAL. Mereka menyusuri satu per satu bibir sungai dan menutup dengan
batu, karung, dan bahkan beton lubang-lubang pembuangan limbah. Namun,
terkadang tanggul penutup ini tidak bertahan lama. Tentu saja ada oknum yang
membongkarnya kembali. Salut sekali dengan para aktivis ini, tak sedikit
intimidasi mereka dapatkan namun tetap berdiri di atas pendiriannya untuk
menjaga kelestarian Sungai Citarum. Bagaimanapun itu, upaya masyarakat ini
merupakan bentuk kecintaannya yang tulus tanpa pamrih kepada Sungai Citarum.
Inisiasi Duta Lokal Citarum Harum
Pemerintah
pusat telah melakukan upaya yang benar, yaitu meluncurkan program Citarum Harum
di sungai strategis nasional ini. Berkaca dari ketidakoptimalan program-program
revitalisasi Sungai Citarum sebelumnya, salah satu faktor utamanya adalah
kurangnya partisipasi masyarakat secara masif dan berkelanjutan. Masif berarti
pelibatan masyarakat dalam jumlah besar masih kurang. Dan berkelanjutan berarti
muncul sebuah perilaku tidak “istiqomah” dalam menjaga rutinitas program yang
telah direncanakan. Hal yang paling tidak diinginkan adalah munculah sebuah
stigma berbahaya di masyarakat yaitu “Citarum bukan tanggung jawab kita, tapi
tanggung jawab pemerintah”. Jika kalimat ini muncul dan bertranformasi menjadi
sebuah pola pikir, dijamin apapun programnya, berapapun nilai proyeknya, dan
secanggih apapun teknologi yang digunakan maka semua itu akan sia-sia saja.
Permasalahan
Sungai Citarum bukan disebabkan oleh bencana alam, namun lebih condong
diakibatkan oleh bencana akibat “karakter” buruk para penghuninya. Dan
permasalahan Sungai Citarum bukan disebabkan oleh satu wilayah lokal saja.
Permasalahan kompleks ini muncul dari setiap sudut bibir sungai di setiap
wilayah yang dilalui. Jadi tidak bisa kita menyalahkan hulu, bagian tengah,
ataupun bagian hilir nya saja. Beberapa pemetaan akademis telah dilakukan dan
terbukti bahwa masing-masing bagian wilayah alirasan sungai memberikan faktor penyebab
terhadap pencemaran Sungai Citarum.
Oleh
karena itu, penting kiranya jika dipilih seorang penggerak citarum harum di
setiap wilayah yang dialiri. Tak tanggung-tanggung, skala pemilihan penggerak
ini lebih dipersempit yaitu di tingkat desa/kelurahan. Selanjutnya penulis
mengusulkan menyebut penggerak ini sebagai “Duta Lokal Citarum Harum”.
Pemilihan duta lokal diserahkan ke pihak desa dan masyarakatnya. Tujuannya
adalah benar-benar menemukan orang yang berdedikasi, disegani, dan tanpa henti
terus mengajak masyarakat untuk sedikit demi sedikit memberikan sumbangsih
dalam pelestarian Sungai Citarum.
Diperlukan Perlindungan Hukum dan
Dukungan Finansial
Ada
alasan masyarakat enggan ikut berpartisipasi dalam kegiatan kepedulian Sungai
Citarum karena terdapat intimidasi dari oknum yang tidak bertanggung jawab.
Beberapa film dokumenter menampilkan pengakuan masyarakat terhadap adanya
intimidasi ini. Sebuah perlindungan yang legal adalah solusi tepat untuk
mengatasinya. Pemerintah memberikan dukungan penuh dan melindungi para duta dan
aktivis lingkungan dalam menjalankan tugasnya. Di era digital seperti saat ini,
sangat gampang untuk melakukan sebuah pelaporan. Namun yang lebih penting
adalah upaya pihak berwenang untuk meninjaklanjuti laporan tersebut.
Program-program
revitalisasi Sungai Citarum selalu dianggarkan dengan kucuran dana yang
fantastis nilainya. Dari dana ini dapat juga dialokasikan sebagian untuk
mendukung kegiatan-kegiatan para duta lokal citarum harum. Keberlanjutan
program tergantung 3P, yaitu planet,
people, dan price. Jadi, di
samping rasa tanggung jawab sosial yang tinggi, suplai pendanaan mengambil
peran penting dalam keberlanjutan kegiatan para duta lokal citarum harum. Di
bawah komando tim dari pemerintah pusat, duta lokal bertugas terus mengobarkan
semangat masyarakat se tempat untuk bersama-sama menjaga kelestarian Sungai
Citarum.
Citarum, Bukan saja Urusan
Pemerintah
Sungai
Citarum adalah sumber penghidupan bersama, sudah sebuah keharusan bahwa
keberlangsungannya juga tanggung jawab bersama. Program pemilihan duta lokal
citarum harum adalah upaya untuk mengejowantahkan bahwa urusan lestarinya
Sungai Citarum adalah hajat bersama, bukan hanya urusan pemerintah semata. Jika
program ini dijalankan dari hulu sampai ke hilir dan saling terintegrasi apik
maka bukan sebuah hal yang mustahil bahwa Sungai Citarum akan benar-benar harum
secepatnya. Semoga!
Referensi:
1Anonim. 2014. Sejarah
Sungai Citarum. http://nanjung.desa.id/detailpost/sejarah-sungai-citarum.
Diakses tanggal 29 Mei 2018
2Perdana, Putra
Prima. 2018. Dari Surga Ini, Air Sungai Citarum Berasal. https://regional.kompas.com/read/2018/02/26/07592761/dari-surga-ini-air-sungai-citarum-berasal?page=all.
Diakses tanggal 29 Mei 2018
3Ferdiana, Sandy.
2016. Berjaya di Tanah Legenda. http://republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/16/08/14/obwpyq371-berjaya-di-tanah-legenda.
Diakses tanggal 28 Mei 2018
4Fadhil Imansyah,
Muhammad. 2012. Studi Umum Permasalahan dan Solusi DAS Citarum Serta Analisis
Kebijakan Pemerintah. Jurnal Sosioteknologi Edisi 25 Tahun 11, April 2012
5Shofira, Hanan.
2017. #PlasticBottleCitarum, Dua Pemuda Prancis Susuri Sungai Terkotor di Dunia.
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2017/09/01/plasticbottlecitarum-dua-pemuda-prancis-susuri-sungai-terkotor-di-dunia.
Diakses tanggal 30 Mei 2018
6Mujahidin, Mumu.
2018. Jokowi Sebut Program Citarum Harum Bisa Selesai dalam 7 Tahun. http://jabar.tribunnews.com/2018/02/22/jokowi-sebut-program-citarum-harum-bisa-selesai-dalam-7-tahun.
Diakses tanggal 30 Mei 2018
7Anonim. 2018. Gonta-ganti
Jurus Pemerintah untuk Citarum. https://kumparan.com/@kumparannews/gonta-ganti-jurus-pemerintah-untuk-citarum.
Diakses tanggal 30 Mei 2018