Air merupakan sumber
kehidupan utama bagi manusia. Betapa tidak, tengok saja unsur utama penyusun
tubuh manusia yang notabene 70% adalah air. Dalam dunia kimia air merupakan
senyawa kimia H2O yang terdiri dari Hidrogen adan Oksigen. Kedua senyawa pembentuk air ini merupakan
kebutuhan mendasar bagi seluruh kehidupan di bumi. Struktur fisik bumi telah
menyediakan proporsi air yang lebih dibandingkan dengan komponen lainnya.
Permukaan bumi terdiri dari 71%diantaranya adalah air, sehingga ketika kita mengamati
potret satelit bumi maka bumi akan terlihat biru. Proporsi air di Bumi 96%
merupakan air asindan sisanya air tawar.
Berbicara mengenai fungsi
air, sekali lagi penulis ungkapkan bahwa fungsi air sangat urgen. Khusus untuk
tubuh manusia, air menjadi penentu kesehatan dan kelangsungan hidup. Mulai dari
sel otak sampai bagian persendian pun memerlukan air dalam segala aktivitas
kerjanya. Badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan agar setiap harinya kita
mengkonsumsi minimal 1.500 liter dalam satu harinya. Ketika pasokan air dalam
tubuh kurang atau yang sering dikenal dengan dehidrasi, secara umum akan
mempengaruhi kinerja organ-oragan tubuh. Sebagai contohnya organ otak, dehidrasi
akan menyebabkan cairan pada otak menurun, asupan oksigen yang harusnya
mengalir ke otak pun berkurang secara perlahan-lahan. Sehingga kondisi
mengakibatkan sel-sel otak tidak aktif dan berkembang, bahkan dapat menciut.
Inilah sedikit ilustrasi seberapa pentingnya asupan air bagi organ-organ tubuh
kita.
Eitsz, dari tadi kog
serius bangets yaw??? Bikin galau ajah gue nulisnya, apalagi para pembaca
dijamin males dengan tulisan di atas.hehehe So sersan (serius tapi santai-red)
ajah yaw, dijamin bakal seru. Yukz lanjut lagi ngebahas masalah air.
Tu kan dari penjelasan
di atas tadi sudah menggambarkan bahwa air itu khususnya air putih sangat
penting banget buat suplemen tubuh kita. Jadi, jangan males-males ya untuk
minum air. Dengar kata males minum air, dengan seketika tersontak nostalgia di
kampung halaman tempatku bernaung. Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah tepatnya.
Daerah paling selatan dari karisidenan Surakarta atau yang lebih dikenal dengan
solo. Pasti deh, ketika sobat dengar kata solo yang teringat adalah bakso dan
jamu. Padahal nih, kalau ditelusuri lebih jauh, Bakso dan Jamu mayoritas
pedagangnya berasal dari Wonogiri. Ane sendiri juga kurang tau mengapa mereka
kebanyakan menggunakan nama Solo dibandingkan dengan daerah aslinya Wonogiri.
Lho-lho kog malah ngebahas Bakso???, hehehe intermezo ajah yaw Sobat. Wonogiri
sendiri secara geografis terletak di daerah pegunungan dekat garis pantai, jadi
nggak dingin seperti daerah pegunungan lainnya Sob melainkan panas dan bahkan
sebagian daerahnya gersang. Kondisi inilah yang mungkin membentuk daerah
Wonogiri sebagai daerah rawan kekeringan, khususnya dalam hal persediaan air
bersih. Dari data di Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat
(Kesbangpolinmas) Wonogiri 2012, ada sembilan kecamatan dengan 43 desa riskan
akan kekeringan di musim kemarau. Di tahun sebelumnya, setidaknya ada delapan
kecamatan dengan 40 desa yang mengalami kekeringan di musim kemarau. Nostalgia
inilah yang membuat ane heran, kenapa sih masih ada orang yang males untuk
minum air putih ajah?. Padahal di daerah lain sana masih banyak orang yang
sangat ingin mendapatkan air bersih tapi susah karena terimpa kekeringan. Yang
lebih parah lagi Sob, orang yang boros menggunakan air dan suka berbuat
pencemaran yang dapat meningkatkan intensitas polusi air. Beuh, ini mah hal
yang sangat kurang berterimakasih atas apa yang ada di bumi ini Sob.
Nah, itu adalah
gambaran kondisi perairan di desa atau daerah pelosok yang terancam kekeringan.
Lalu bagaimana dengan kondisi sanitasi air di kota besar? Sebut saja sebagai
contoh adalah Kota Jakarta. Kota megpolitan dengan segala jejel uyel-nya kehidupan. Mungkin Jakarta secara umum terlalu luas
untuk dijadikan ilustrasi, oke kita ambil contoh aja di Jakarta Barat. Menurut
Kepala Kantor Lingkungan Hidup Jakarta Barat, 60% air bersih di Jakarta Barat
tidak layak untuk diminum. Air tersebut tidak memenuhi standar air layak yang sehat
dikonsumsi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 907 tahun 2002.
Perarturan tersebut memberikan parameter fisik yang harus dipenuhi pada air
minum yaitu jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna serta tidak
menimbulkan endapan. Dari aspek kimiawi, air minum tidak diperkenankan
mengandung partikel terlarut dalam jumlah tinggi serta logam berat maupun zat
beracun seperti senyawa hidrokarbon dan detergen. Sedangkan dari aspek
mikrobiologi, air minum tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti
Escherichia colli, Clostridium perfringens, Salmonella. Kepala Kantor
Lingkungan Hidup Jakarta Barat menuturkan interusi air laut menyebabkan kondisi
air di beberapa daerah di Jakarta Barat menjadi asin. Ini disebabkan gravitasi
air karena pembangunan gedung-gedung tinggi. Yang berakibat pada turunnya air
permukaan hingga 1-1,5 sentimeter per tahun. Tak hanya itu, kotornya air tanah
di Jakarta Barat juga disebabkan oleh
industri yang melakukan blessing,
yakni membuang limbah tanpa melewati Instalasi Penanggulangan Air Limbah
(IPAL). Sehingga, limbah yang dibuang langsung keselokan ataupun sungai
menyebabkan air tercemar.
Inilah ilustrasi
kondisi perairan bersih di kota besar Sob, dari hal itu jika kondisi ini gak
segera ditanggulangi maka hanya akan ada tiga kata kedepannya, yaitu “Krisis
Air Bersih”. Bagi sederet pelaku usaha air minum, kondisi ini akan membawa
berkah. Persoalaannya harga air akan mengalami kenaikan dan tentunya akan
memupuk keuntungan mereka. Namun, bagi masyarakat hanya akan menambah kesulitan
hidup. Hanya untuk sekadar setes air minum saja mereka harus mengeluarkan kocek
tinggi. Sungguh ironis, kita tinggal di wilayah perairan terbesar namun
mengalami krisis air bersih. Bak peribahasa mengatakan, “ada ayam mati di
lumbung padi”. Oleh karena itu, sudah pasti dan menjadi keharusan bagi kita
semua untuk melakukan sebuah upaya mitigasi krisis air. Tentunya hal itu
dimulai dari hal yang paling sederhana Sob, yaitu menghemat penggunaan air dan
menjaga keseimbangan lingkungan serta menjaga kebersihan sumber air seperti
sungai.
Air di sisi lain juga menjadi momok yang menakutkan
bagi segelintir orang. Ya, begitu pula yang mungkin akhir-akhir ini dirasakan
oleh warga DKI Jakarta. Hampir semua DAS meluap dan membuat air bergentayang di
jalanan Ibukota. Atap rumah menjadi salah satu alternatif tempat untuk sekadara
berlindung sesaat. Banjir tidak pernah memihak, dari perkampungan proletar
sampai rumah banderol bermilyar-milyar tak luput dari jangkauannya. Mendadak
warga tak lagi berduyun-duyun menyanjung-nyanjung mobil ESEMKA ala Pak Jokowi
maupun mobil sport Tuxuci ala Pak Dahlan Iskan. Warga sekarang punya
transportasi ideal di kala banjir menerjang. Ya, “Gerobak Tangan” adalah alat
transportasi subtitusinya atau lebih ngetrend dengan nama “Ojek Banjir”. Tentu
saja ini memberi angin kebermanfaatan bagi tukang ojeknya. Memang, tidak semua
peristiwa itu menyedihkan. Ada beberapa yang merasakan rezeki berbeda dengan
hari biasanya.
Walau bagaimanapun, Banjir merupakan sebuah
bencana alam sungguhan maupun jadi-jadian yang nilai ruginya jauh lebih besar
daripada keuntungannya. Semua aktivitas metropolitan bisa jadi lumpuh total
akibat banjir. Dan hal ini seyogyanya sudah menjadi hal serius untuk ditangani.
Sebetulnya cara penangan banjir itu sudah umum diketahui oleh khalayak umum dan
mungkin tak perlu saya ungkap lagi di sini. Selain itu, sudah banyak para
teknokrat lulusan berbagai disiplin ilmu di antereo negeri ini. Namun mungkin
sifat-sifat mereka yang sadar kurang bisa menular ke segenap elemen masyarakat.
Untuk itu mungkin kesadaran adalah kunci utamanya. Dari bencana kali ini,
mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk lebih sadar
lingkungan. Karena lingkungan bukan hanya untuk kita sekarang, namun anak cucu
kita kelak juga sangat tergantung darin upaya kita dalam menjaga kesetimbangan
lingkungan.
No comments:
Write Komentar