Kau
kah “Idaman” ku?
Ketika kita bertemu kau
bagai mustika pertiwi yang mencolok memencarkan sinar penyejuk mata penentram
hati. Parasmu begitu muslimah, kerudung sempurna yang menutup setengah tubuh
berisyarat betapa pitihnya hati kecilmu. Senyum manis mu seakan menina
bobokkakan siapapun yang menikmatinya. Astagfirullah, kenapa aku jadi
membayangkan diri kamu. Bukankah kita sering mendengar sesuatu akan indah pada
saatnya. Ya, dibatas penantian waktu ini dan berharap kecocokan kan kita
temukan.
Pengharapkanku begitu
sangat kepda dirimu. Pertamaku bertemu denganmu waktu itu, aku masih malu-malu
menatap dan menyapamu. Seolah ada sesuatu yang ganjal di hati ini. Entah energi
apa yang mengidapiku. Anehnya aku juga gak bias menebak apa arti senyummu yang seolah
mendandakan isyarat yang sama terhadapku. Memang kusadari, ku tak pandai
menbak. Ku juga tak pandai membaca isi hati seseorang. Di balik itu semua, ada satu yang ku tahu, yaitu mimik wajahmu. Ketika ku pandang
mimik wajahmu berbeda ketika kau berbicara dengan teman dan denganku. Apakah
itu benar? Aku juga gak tau, mungkin hanya harapan lebih aja dariku.
Sekarang kita sangat
jauh dan jarang bertemu. Namun perlu kau tetap mengerti, aku tetap berharap
padamu. Dengan menjaga norma-norma ini aku selalu mebayangkan bagaiman kelak
kita jika diberi kesempatan untuk hidup bersama. Subhanallah, semoga Allah
mengabulkan keinginan suci ini. Amin.
No comments:
Write Komentar