Pendekar Pena, why not???
![]() |
http://rieski.wordpress.com |
Hai hai hai Sobat gimana
kabarnya?, pripun kabare?, ni hao ma?. So pasti donk, Alhamdulillah, Luar
biasa, Selalu Semangat, selalu Ceria, Allahu Akbar.
Sobat pernahkah denger Pendekar Wiro sableng?. So pasti kan
udah, kalau boleh ngediskripsikan dia sangat jago bertempur kan?. Bahkan semua
jurus dia kuasai, contohnya ni ye jurus munyuk melempar buah
(jiajiajiajiajiajia). <_>. Tapi jangan salah lho, ni kita gak ngebahas
mas wiro sableng, tapi kita sedikit bercermin dari beliau untuk jadi Sang
Pendekar Sejati, Yap yaitu “Pendekar
Pena”.
Lho kog pendekar pena ya, emang pena bisa buat bertempur???.
Ehm2 jangan salah tafsir dulu bro/sis, ni maksudnye adalah Sang Jawara Menulis,
itu tu yang baru2 ini lagi ngetren atau nyentrik juga boleh.he
Sobat, menulis
merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang andai dilakukan dari sisi fisik
saja yang hanya melibatkan anggota bandan, mata dan tangan, akan tetapi sangat susah
lho untuk menghimpun dan
menyampaikan sebuah ide secara lugas, tegas dan tuntas dengan didukung oleh
opini yang rasional dan bukti-bukti yang factual(jie2).
Ni ada ungkapan bijak
sobat, ” Tak ada resep yang lebih baik menjadi penulis, kecuali dengan menulis
sekarang juga ”.
***
***
Sobat tau gak kalau pengen jadi pendekar itu harus berlatih 24 jam non
stop lho, setia setiap saat pada sang guru, dan dapat memecahkan masalah tanpa
masalah. Lalu kalau pendekar pena gimana ya?, ya mungkin mirip lah alias gak
jauh beda. Tapi ni ada beberapa kunci jitu tuk menjadi Pendekar Pena lho,
langsung ajah lah. Ceki dot!
Pertama, kenal dan cintai menulis.
Ya, jelas kan tak kenal maka tak cinta. Dan cinta terhadap menulis sekali merupakan syarat utama untuk menjadi seorang Pendekar Pena. Bagaimana bisa seseorang menjadi penulis yang jago jika ia tak cinta menulis?. Lalu, kalau begitu apa yang membuat mereka melakukan pengorbanan?. Hehehe
Kedua, sadar mas/mbakyu kalo menulis itu mudah dan banyak manfaatnya.
Menulis itu memang mudah, tak lebih sulit dari menjawab soal matematika, hehe. Masalahnya, terkadang seseorang yang sudah cinta menulis masih merasa sulit untuk menulis, sehingga iapun enggan untuk menulis. Terkadang juga, karena tak tahu manfaatnya, seseorang enggan untuk menulis. "Buat apa coba, gak ada tuh manfaatnya nulis, buang-buang waktu aja, buang-buang tenaga, nanti malah jadi kurang jeggger.he." Weitts, jangan asal nuduh kalo nulis tuh gak ada manfaatnya. Mau bukti sampeyan? Nih pesan dari Syekh Dr. Abdullah Azzam: "Sejarah Islam diukir dengan tinta hitamnya para ulama dan merah darahnya para syuhada." Tuh! Sejarah Islam tuh terukir karena banyaknya penulis. Itu salah satu manfaatnya: Menulis membangun peradaban Islam dan dunia bahkan antariksa. Hehehe
Apalagi manfaatnya? Masa' cuma satu doang? Oh, pasti tidak. Menulis juga melatih otak kita untuk menganalisis sebuah persoalan dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Itu doang? Oh, tidak juga. So many many many manfaatnya, jadi tak bisa dituliskan di sini. Sobat akan mengetahuinya setelah mencoba untuk menulis.
Ketiga, mulailah menulis, sekarang juga!
Buah duku buah manggis.
Jangan malu-malu untuk menulis.
Tulis apa saja yang ada dalam benak sobat. Tumpahkan saja (emangnya
air?) pemikiran-pemikiran yang memenuhi database otakmu. Jangan menunda-nunda,
ntar menguap tuh gagasan-gagasannya. "Takut tulisannya jelek." Ya
udah, tinggal diedit tuh tulisan, gampang kan? Terkadang pernyataan-pernyataan
seperti itulah yang menghalangi kita untuk menulis. Jelek, ya tinggal diubah
lagi. Perbagus lagi, ubah lagi, perbagus lagi. Insya Allah Sobat bakal
bertambah bagus dech.
Keempat, perbanyaklah membaca, untuk mengasah pena sobat.
Menulis takkan ada artinya jika ia 'kosong', tanpa ada ilmu apa-apa didalamnya. So, untuk menambah wawasan, perbanyaklah membaca, sehingga pena akan lebih runcing dan hasil sayatan penapun lebih berbobot.
Kelima, luruskan niat à menulis untuk Allah SWT
Sesuai Hadits: "Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung niatnya..." Maka, jika ingin tulisan kita bernilai ibadah dan menjadi pahala yang terus mengalir tanpa henti, niatkanlah menulis untuk Allah SWT. Bukan untuk mengharapkan pujian, bukan untuk menyombongkan ilmu yang kita punya ataupun narsis-narsis alias sok eksis. Bukan pula untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya, tetapi untuk Allah SWT. Untuk kemajuan Islam, untuk kesejahteraan umat. Untuk menggapai cinta-Nya, untuk tegaknya kebenaran. Sungguh, menulis akan terasa nikmat dan penuh semangat jika diniatkan untuk Allah SWT.
Keenam, untuk menulislah dalam kondisi jiwa yang tenang dan suci.
Ini yang dicontohkan ulama-ulama terdahulu. Sebelum menulis, mereka berwudhu terlebih dahulu, bahkan sholat 2 roka'at terlebih dahulu. Inilah yang kemudian menjadikan kitab-kitab karya mereka menjadi kitab yang penuh dengan hikmah. Tiap baris untaian kata terasa enak dibaca nyaman di hati. Penuh dengan ilmu dan hikmah. Subhanallah...
Hmm, mungkin hanya enam poin tips nih Sobat, tapi paling penting calon Pendekar Pena pantang takut pantang ragu untuk menulis. Ingat: JURUSTANDURULIS (maju terus pantang mundur untuk menulis). Selamat menulis! Semoga bermanfaat :)
Keempat, perbanyaklah membaca, untuk mengasah pena sobat.
Menulis takkan ada artinya jika ia 'kosong', tanpa ada ilmu apa-apa didalamnya. So, untuk menambah wawasan, perbanyaklah membaca, sehingga pena akan lebih runcing dan hasil sayatan penapun lebih berbobot.
Kelima, luruskan niat à menulis untuk Allah SWT
Sesuai Hadits: "Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung niatnya..." Maka, jika ingin tulisan kita bernilai ibadah dan menjadi pahala yang terus mengalir tanpa henti, niatkanlah menulis untuk Allah SWT. Bukan untuk mengharapkan pujian, bukan untuk menyombongkan ilmu yang kita punya ataupun narsis-narsis alias sok eksis. Bukan pula untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya, tetapi untuk Allah SWT. Untuk kemajuan Islam, untuk kesejahteraan umat. Untuk menggapai cinta-Nya, untuk tegaknya kebenaran. Sungguh, menulis akan terasa nikmat dan penuh semangat jika diniatkan untuk Allah SWT.
Keenam, untuk menulislah dalam kondisi jiwa yang tenang dan suci.
Ini yang dicontohkan ulama-ulama terdahulu. Sebelum menulis, mereka berwudhu terlebih dahulu, bahkan sholat 2 roka'at terlebih dahulu. Inilah yang kemudian menjadikan kitab-kitab karya mereka menjadi kitab yang penuh dengan hikmah. Tiap baris untaian kata terasa enak dibaca nyaman di hati. Penuh dengan ilmu dan hikmah. Subhanallah...
Hmm, mungkin hanya enam poin tips nih Sobat, tapi paling penting calon Pendekar Pena pantang takut pantang ragu untuk menulis. Ingat: JURUSTANDURULIS (maju terus pantang mundur untuk menulis). Selamat menulis! Semoga bermanfaat :)
No comments:
Write Komentar