Dua tahun lalu
saya baru senang-senangnya menikmati status mahasiswa. Betapa tidak, status
inilah yang mayoritas didambakan lulusan SMA yang notabene sering disebut
sebagai SMA terfavorit se Kabupaten Wonogiri. Impian orangtua sekaligus impian
sendiri untuk sekolah di SD terbaik di desa, SMP terbaik di kecamatan, dan SMA
terbaik di kabupaten sudah terwujud dengan mulus tanpa gangguan apapun.
Sekarang seharusnya jikalau menuruti hirarki keinginan akademik, saya
seharusnya kuliah di kampus terbaik di Provinsi. Jadi, komplit sudahlah
melalangbuana saya menjajaki sekolah terbaik di desa sampai provinsi. Namun,
lagi-lagi Yang Maha Kuasa mempunyai rencana lebih indah pada diri saya. Waktu itu seakan waktu yang susah untuk
diungkapkan dengan goyangan lidah semata. Alhamdulillah, sebelum beliau
melambaikan tangan untuk terakhir kalinya, saya bisa memberikan kado istimewa
sebagai jawaban air matanya saat keberangkatanku yang penuh “kontroversi hati”.
Saat itu dengan bangga aku memberi kabar keluarga, sanak-saudara, teman-teman,
dan bahkan beberapa kawan-kawan semu bahwa saya Agus Ramelan, cucu seorang Mbah
Podrono yang sangat dituakan dan dihormati se Desa Kepyar telah resmi menjadi
mahasiswa di Kampus Terbaik (ya terbaik menurut saya, hehehe). Permintaanya
agar kelak perjaka ditengah dua bidadari buah hatinya ini menuntut ilmu di
padepokan pendidikan yang mencetak seorang Guru ataupun Pendidik sudah saya
laksanakan. Dulu saya berkata namun, sekarang sudah mengerti bahwa rencana Yang
Maha Mengatur itu indah dan sangat meringankan hamba-Nya. Tepat hari pertama
MOKA-KU beliau sudah perdi terlebih
dahulu tanpa pesan pesan terakhir pada saya. Seketika, setelah di depan pintu
rumah pejaman matanya bak menyuratkan sebuah untaian geguritan yang indah dan memotivasi, “Le, Bapak budhal rumiyen. Jaga awakmu, jaga Ibumu, lan Jaga
Keluargamu. Dadio srengenge ne jagat sing dianti-anti lan maguno mergo makaryo”.
Apapun
yang terjadi saat itu lah saat saya mulai menjadi seuutuhnya mahasiswa yang
dewasa. Dewasa di seluruh aspek dan tetekmbengek-nya,
dan tentunya yang paling berkesan adalah aspek finansial. Luar biasa, memang
manusia itu diciptakan sudah sempurna bersama rezekinya. Manunia tinggal mau
atau tidak berkerja keras menjemput jatah rezekinya yang telah disiapkan.
Terlepas dari hal itu semua, ternyata sulit dibayangkan betapa indahnya dunia
kampus itu. Bahtera perguruan tinggi menghidangkan santapan yang lezatos dan jos gandos untuk dinikmati. Namun pertanyaannya, apakah semua
mahasiswa mau menikmatinya? Onde mande, bayangkan saja kalau seluruh menu yang
terpampang di warung makan touchscreen (baca
:warteg) gratisan, pasti dah saya serbu setiap hari, apalagi untuk saya yang
notabene anak kosan. Nah, begitu juga ternyata berkaitan dengan “hidangan” mantap
yang tersedia di kampus. Semuanya butuh upaya bahkan pengorbanan untuk
mencicipinya. Sadar dengan hal tersebut saya mulai mencari informasi dan
bergabung komunitas-komunitas internal kampus. Dan mulai saat itulah,
berkecipung di beberapa perkumpulan seakan menjadi “pelampung” bagi saya untuk
berenang dibelantara samudra pendidikan tinggi.
Tak
terasa, sekarang dua tahun sudah terlalui. Manis, asem, pahit, tawar, dan
banyak rasa lain sudah dirasakan. Campur aduk itulah yang sekarang dapat
mendorong diri saya untuk memposting curahan ini untuk rekan-rekan semua.
Terkhusus untuk rekan-rekan kandidat LEPPIM-ers. Ya, sekarang ini sudah awal
pengkaderan yang ketiga kalinya untuk saya rasakan, lebih tepatnya satu kali
menadi peserta LIC dan dua kali ini mengurus LIC sebagai panitia yang langsung
menaunginya. Benar sekali, tahun ini saya diamanahi sebagai Kadep Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Sebuah departemen yang proker akbar nya adalah
pengkaderan. Ya, inilah jantung sebuah organisasi, mengingat tanpa adanya
pengkaderan yang mencetak generasi penerus maka suatu organisasi dapat
dipastikan kempas-kempis untuk bertahan.
Sebelumnya
saya ingin menyapa rekan-rekan Anggota Muda UKM LEPPIM UPI yang mencapai 100
orang dengan tiga kata sakti bin ajaib, “Kita Mahasiswa Ilmiah!”. Semoga dengan
pernyataan tersebut kita semua diluruskan niatnya dan terus dibekali semangat
membangun peradaban. Wabah utama yang sering mendera sebuah penkaderan adalah
runtuhnya militan handal yang diawal-awal semangat membara. Lambat laun,
kuantitas maupun kualitas mereka terkikis dan terkadang hanya menyisakan
beberapa orang saja. Hal yang biasa bukan? Baiklah, karena itu hal yang biasa
maka saya pribadi selaku komandan PSDM dengan tegas mengatakan untuk tahun ini “Hal
semacam itu bukan hal biasa!”. Serius dan kerjakeras setiap elemen internal
LEPPIM senantiasa akan berusaha mendidikan dan mengkader AM dengan
sebaik-baiknya. Untuk apa gabung sebuah organisasi hanya untuk ngobrol, mengisi
status di jejaring sosial, gengsi ketika ditanya teman, ataupun sekadar mengisi
CV? Upaya serius kami tak akan berhasil jikalau pa diri rekan-rekan AM sendiri
belum siap dan komitmen untuk menjalaninya. Nah, mumpung masih diawal kami
ingatkan “Jika Anda ragu, Pulanglah!”. Bagi rekan-rekan yang masih mempunyai
secerca harap menjadi Anggota Biasa atau sering disapa dengan LEPPIM-ers, mari
terus untuk semangat berkarya selagi muda. Ada beberapa cuplikan pengalaman
yang dapat kami bagikan mengenai bagaimana untuk benar-benar menjadi
LEPPIM-ers?
Pertama, Kenali lebih dalam dan lebih dalam segala seluk beluk UKM
LEPPIM UPI. Ungkapan “Tak kenal maka tak sayang” sudah menjadi bumbu kehidupan
yang tanpa kehadirannya berasa hambar. Dulu hampir satu bulan lebih saya
berupaya mengenali LEPPIM, mulai dari sejarahnya, gonjang-ganjing “politiknya”,
fokus kegiatannya, prestasinya, pembiayaan kegiataannya, dan yang gak kala
penting “ngepoin” anggota-anggotanya terkhusus teteh-tetehnya yang geulis dan cerdas-cerdas. Subhanallah
pokoknya. Upaya ini membuahkan hasil, saya dapat mengenal LEPPIM jauh lebih
dekat dibandingkan apa yang saya pikirkan sebelumnya.
Kedua, Pautkan motivasi rekan-rekan bersama LEPPIM. Maksudnya
sederhana, motivasi rekan-rekan ketika ingin bergabung LEPPIM coba sinkronkan
dengan visi misi LEPPIM. Hal ini diperlukan untuk menimbang sejauhmana
kesesuaian motivasi rekan-rekan dengan fokus kegiatan LEPPIM. Ya, taku saja
jikalau ternyata rekan-rekan salah masuk atau dengan kata lain terdampar masuk.
Tapi, banyak juga rekan saya di LEPPIM yang awalnya cuman iseng-iseng saja
namun luar biasa berprestasi sekarang. Namun, bukankah segala sesuatu itu lebih
baik terencana bukan?
Ketiga, Sayangi dan Cintai LEPPIM. Wow, kenapa harus cinta dan
sayang? Dalam KBBI kata sayang dan cinta nyaris tidak ada bedanya. Sayang
didefinisikan sebagai cinta kasih, sedangkan cinta adalah perasaan suka sekali
atau sayang benar. Whatever, untuk
rekan-rekan AM, jangan pernah meragukan arti sayang dan cinta terhadap LEPPIM.
Karena kedua rasa tersebut terbukti dapat memberikan kekuatan mahadahsyat hingga
mampu melakukan apapun tanpa mengharap imbalan. Masih ingat kan petuh salah
satu MPO LEPPIM UPI, The Lino? Ya beliau pernah berpetuah dalam Grand Opening
LIC kemarin, “Hiduplah di LEPPIM, tapi jangan mencari kehidupan di LEPPIM”.
Keempat, Konsisten. Masih ingat menegani Teorema Fungsi Kontinu?,
apapun yang terjadi fungsi akan tetap terdefinisi pada seluruh interval terbuka
sesuai dengan anggota fungsi tersebut. Maksud saya adalah sikap konsisten
rekan-rekan AM dapat dibuktikan dengan selalu ada dan setia setiap saat terhadap
LEPPIM. Tanpa merasa membebani, kami berharap rekan-rekan menerapkan sikap
konsisten ini. Tolak ukur konsistennya AM akan terlihat nanti di akhir
kepengurusan. Tolak ukur ini akan memunculkan beberapa status seperti Rexona Member (Setia Setiap saat –red),
Siluman (Kadang ada, Kang Ilang-red), Kutu Loncat (Cari untungnya saja-red),
Jask Semellows (Jaga sekre dan selalu mellow di sekre-red), dan masih banyak
lainnya. So, mana pilihan mu?, Kalau bisa tentukan saja dari sekarang, biar
kami mudah membuat klasifikasi AM sekarang. hehehe
Kelima, Totalitas. Pernah dengar mengenai kerja cerdas, keras,
lugas, tegas, dan totalitas?. Kira-kira mengapa kata totalitas paling enak
ditauh di paling akhir? Hello!, itu semua bukan kebetulan kawan, memang ada
maksudnya. Bagaimana tidak sempurna jika seorang itu cerda, bekerja kersa,
lugas, dan tegas. Wow, pasti dah saya ge juga
mau seperti itu. Namun, sepertinya upaya itu semua gak memberikan hasil terbaik
jika tak dibarengi dengan kerja total. Bayangkan andaikata tinggal satu langkah
lagi tapi sudah malas untuk merampungkannya, ehm sayang banget kan. Nah,
totalitas untuk masa sekarang buat AM lebih fokus untuk total dan loyal dalam
mengikuti seluruh alur pengkaderan yang telah disediakan. Hati-hati dan
waspadalah, totalitas akan hilang hanya dikarenakan faktor kecil pisan. Contohnya mudah, selama dua kali
LIC kemarin saya bertubi-tubi di sms “Kak, maaf saya izin LIC hari ini
dikarenakan mau mudik ada urusan keluarga”, ada lagi “Kak, maaf saya telat LIC
dikarenakan ada urusan sebentar”. Ada yang mungkin sudah merasa aman karena
sudah izin, namun perlu diketahui bahwa saya dan tim PSDM kurang menghiraukan
sms seperti itu. Mangga, semuanya itu
prioritas kawan. Kami hanya ingin rekan-rekan ketika berniat bergabung menjadi “Pejuang
Ilmiah” bersama LEPPIM dengan sikap totalitas dan loyalitas, mengingat faktor
ini akan menjadi pemecut menciptakan kretivitas tanpa batas.
Bertahan
sampai akhir pengkaderan dan berkaya bersama rekan-rekan AB lain merupakan
kenikmatan yang mantap dan belum pernah saya rasakan di luar. Betapa tidak,
bermodal saling melengkapi antara satu sama lain kami bisa mengibarkan bendera
almamater di penjuru dunia. Menunjukkan pada mereka bahwa kami bukan generasi “terdampar”,
kamilah generasi emas yang membuat bangsa ini berjaya denga kreativitas. Tak
ada paksaan untuk rekan-rekan AM menentukan pilihan, artikel ini tak jauh hanya
sekadar berbagi pengalaman yang pernah kami rasakan. Sekali lagi, Mari bersama
LEPPIM, selagi muda, selagi mahasiswa, ukir karya nyata sebagai bentuk Cinta
Indonesia! Salam Ilmiah!
Oleh : Agus Ramelan (KADEP PSDM
UKM LEPPIM UPI 2012/2013)
No comments:
Write Komentar