Tuesday, June 30, 2015

Mulai dari Diri Sendiri, Jaga Persatuan Bangsa!

Mulai dari Diri Sendiri, Jaga Persatuan Bangsa! 
Oleh : Muhammad Adli Rizqulloh 

*Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti Beasiswadataprint Periode 1 2015. Beasiswa ini merupakan Program CRS dari DATAPRINT. Sahabat Printer Pelajar Indonesia! 



Siapa yang tidak kenal Indonesia? Sebuah negara yang membentang cemerlang di atas garis khatulistiwa. Tidak hanya gemilang pesona alamnya, Indonesia juga dikenal mempesona keanekaragaman sumber daya manusia. Baik itu budaya, agama, ras, suku, maupun bahasanya. Keanekaragaman itu telah membudaya menjadi sebuah keharmonisan. Kalau di langit ada pelangi yang mempercantiknya, kalau di darat ada Indonesia yang mempercantik tampilannya. Memang, semenjak bangsa ini merdeka telah dirumuskan sebuah semboyan pemersatu bangsa yaitu Bhineka Tunggal Ika. Semboyan yang berasal dari bahsa jawa kuno ini mempunyai makna walaupun berbeda ras, warna kulit, logat daerah, semuanya tetap dari negara yang sama yaitu Indonesia. Intinya adalah semboyan ini menyiratkan sebuah kekuatan toleransi antar masyarakat. Mungkin saja tanpa toleransi negara ini tidak dapat berdiri bahkan merdeka menjadi bangsa yang berdaulat. Lantas sudah tenangkah kita dengan kondisi persatuan bangsa sekarang ini? Apa sih di dunia ini yang abadi hanya mempunyai satu sisi tanpa sisi berlainannya? Betul apapun selalu mempunyai dua sisi bak mata uang. Ada baik ada buruk, ada positif ada pula negatif, dan ada kekal kerukunan pasti ada juga celah-celah perpecahan. Termasuk juga dalam hal persatuan bangsa, pasti ada celah-celah pemecah belahnya. Pada intinya apa yang paling ditakuti dari sebuah persatuan? Benar sekali jawabnya adalah perpecahan. Bangsa ini sudah utuh seperti halnya semboyannya, berbeda-beda tapi satu. Apakah mungkin terpecah? Mungkin saja. Kalau begitu apa kira-kira penyebabnya? Berbicara mengenai penyebab runtuhnya persatuan bangsa sangatlah banyak, namun penyebab utamanya dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Sekarang yang lebih penting adalah sedia payung sebelum hujan. Melakukan upaya-upaya mulai dari diri sendiri untuk mencegah runtuhnya persatuan bangsa. Berikut ini adalah langkah-langkah kecil untuk tetap menjaga persatuan bangsa. 

1.       Meningkatkan Cinta Tanah Air
Semakin lama semakin cinta, semakin tua semakin tambah cinta. Begitu seharusnya rasa yang kita rasakan sebagai warga negara Indonesia. Kita wajib memiliki rasa cinta tanah air yang semakin lama semakin meningkat deras tak terbendung. Kalau sudah cinta logikanya apapun akan dilakukan untuk tetap membuat bangsa ini tersenyum manis. 

2.       Rela Berkorban
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri. Inilah prinsip bermasyarakat yang merupakan ciri bangsa Indonesia, sepertihalnya anggota badan ketika satu sakit semua merasakan sakit dan satu senang semua merasakan kesenangan. 

3.       Memperdalam Wawasan Nusantara
Memperdalam wawasan nusantara adalah pengingat bagi seseorang bahwa hidup di Indonesia ini adalah hidup di tengah-tengah keberagaman. Selain itu, semakin dalam pengetahuan wawasan nusantara seseorang juga dapat menambah kecintaan akan bangsa ini. 

4.       Saling Menghormati dan Menghargai
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang artiya manusia tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia perlu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia juga memiliki banyak kebutuhan dan keinginan yang semuanya tidak mungkin untuk kita penuhi sendiri. Memang, setiap manusia mempunyai keyakinan masing-masing yang tentunya berbeda satu sama lain. Setiap orang pula memiliki keinginan agar keinginannya dihargai. Oleh karena itu untuk menjaga keharmonisan hubungan antar-sesama alangkah baiknya kita saling menghargai keyakinan orang lain dan tidak menganggap keyakinan kitalah yang selalu benar.


Sunday, June 14, 2015

Ancaman Narkoba, Tanggung Jawab Kita!

Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti Lomba Blog Badan Narkotika Nasional Provinsi Aceh. Teman-teman juga bisa ikut berpatisipasi dengan mengunjungi link berikut ini http://blog.bnnpaceh.com/
atau Klik Gambar di bawah ini yah untuk mengetaui lebih lanjut mengenai Gerakan Rehabilitasi 100.000 Penyalahguna Narkoba khususnya di Provinsi Aceh. 


Melalui Tulisan, Mari Kampanyekan Indonesia Sehat Tanpa Narkoba! 


Siapa yang tidak kenal dengan NARKOBA? Satu kata yang menyimpan berjuta ancaman, begitulah kata orang-orang. Baik sebetulnya siapakah yang menebar ancaman itu? Sang Narkoba ataukah Kita sebagai Manusia? Sebagai bentuk rasa penasaran, saya menyelusuri ke laman resmi Badan Narkotika Nasional (http://www.bnn.go.id/portal/). Pada laman tersebut saya menemmukan penjelasan yang sangat jelas mengenai apa itu NARKOBA. Berikut adalah penjelasannya.
“Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum; seperti polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah napza biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap merujuk pada tiga jenis zat yang sama. Meskipun demikian, penting kiranya diketahui bahwa tidak semua jenis narkotika dan psikotropika dilarang penggunaannya. Karena cukup banyak pula narkotika dan psikotropika yang memiliki manfaat besar di bidang kedokteran dan untuk kepentingan pengembangan pengetahuan. Menurut UU No.22 Tahun 1997 dan UU No.5 Tahun 1997, narkotika dan psikotropika yang termasuk dalam Golongan I merupakan jenis zat yang dikategorikan illegal. Akibat dari status illegalnya tersebut, siapapun yang memiliki, memproduksi, menggunakan, mendistribusikan dan/atau mengedarkan narkotika dan psikotropika Golongan I dapat dikenakan pidana sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku”.

Nah nagaimana sekarang, suda ada pencerahan kan? Menurut penjelasan di atas desebutkan bahwa tidak semua jenis Narkoba itu dilarang penggunaannya. Namun nih, usut-diusut ya namanya manusia kalau ada larangan sudah menjadi “budaya” untuk dilanggar. Pemerintah telah memberikan rambu-rambu bahwa jenis Narkoba Golongan 1 itu sangat membahayakan dan juga menyebabkan ketergantungan yang sangat tinggi. Sebagai stakeholder yang mengayomi masyarakat maka pemerintah melarang penggunaan Narkoba jenis ini. Larangan ini sebagai lampu merah demi kemaslahatan kehidupan masyarakat, bukan sok berkuasa dan melarang-larang tanpa tujuan yang jelas. Baik kan pemerintah? Namun, tetap saja ada yang menganut istilah lama bahwa “larangan dibuat untuk dilanggar”. Oleh karena itu munculah istilah Penyalahgunaan Narkoba, artinya adalah Narkoba itu disalahgunakan bukan Narkoba yang salah. Jadi intinya yang salah bukanlah Narkobanya karena sejatinya Tuhan menciptakan semua yang ada di bumi ini pasti mempunyai manfaat tersendiri.

Maraknya peredaran narkoba yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba sangat meresahkan masyarakat. Tidak hanya kaum remaja dan anak muda yang terjerumus dalam penggunaan narkoba ini, namun juga orangtua yang notabene seharusnya lebih mengerti akan bahaya narkoba. Menurut data dari Laporan Survei Perkembangan Penyalahguna Narkoba di Indonesia Tahun Anggaran 2014 Badan Narkotika Nasional menyebutkan bahwa jumlah rata-rata barang sitaan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah rata-rata narkoba yang lolos beredar. Berikut adalah tabel Jumlah Estimasi peredaran dan sitaan narkoba di Indonesia, 2014.

Sumber : www.bnn.go.id

Sangat mencengangkan bukan? Memang seringkali kita melihat berita penangkapan bandar narkoba di mana-mana, mulai dari bandar kelas teri sampai Big Boss yang telah dieksekusi mati. Namun faktanya di lapangan, jumlah narkoba yang lolos beredar masih jauh lebih banyak. Pertanyaannya siapakah yang mengkonsumsi barang haram sebanyak ini? Jawabannya adalah semua kalangan. Mulai anak kemarin sore sampai yang sudah bau tanah, mulai dari yang terpelajar sampai yang marjinal, dan mulai dari penonton televisi sampai juga artis yang setiap hari nongol di televisi. Kira-kira nih apa sih yang menyebabkan mereka ingin menggunakan narkoba secara ilegal? Hemsss kalau menurut saya sih mending beli Nasi Goreng campur Kornet plus Bakso di deket kampus, hehehe kan sama aja kalau disingkat jadi narkoba. Beribu-ribu alasan seseorang untuk menyalahgunakan narkoba, namun rata-rata faktor penyebabnya dalah sebagai berikut.

1.   Coba-Coba
Buat anak kog Coba-Coba? Hahaha. Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu zat yang dilarang, seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat untuk mencicipi nikmatnya zat terlarang tersebut. Jika iman tidak kuat dan tidak ingat dengan petuah keluarga di rumah maka seseorang dapat mencoba narkoba. Tanpa disadari dan diinginkan orang yang sudah terkena zat terlarang itu akan ketagihan dan akan melakukannya lagi berulang-ulang tanpa bisa berhenti. Pokoknya kalau sudah ketagihan, apapun dilakukan demi mendapatkan zat terlarang tersebut.

2.   Ingin terlihat Gaul
Narkoba terkadang dapat membuat pamakainya menjadi lebih berani, keren, percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek keren yang terlihat oleh orang lain tersebut dapat menjadi trending topic pada kalangan tertentu sehingga orang yang memakai zat terlarang itu akan disebut gaul bingits dan sebagainya.

3.   Solidaritas tanpa Batas
Gak kompak gak keren! Itu nih kaliamat yang terkadang bisa jadi menjerumuskan kalau kita tidak dewasa dalam menyikapinya. Alih-alih membimbing rekannya ke arah yang lebih baik, eh malah menendangnya ke lubang kesesatan. Apakah itu yang disebut kompak? Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang tinggi antar anggota biasanya memiliki nilai solidaritas yang tinggi. Misalnya, jika ketua atau beberapa anggota kelompok yang berpengaruh pada kelompok itu menggunakan narkotika, maka biasanya anggota yang lain baik secara terpaksa atau tidak terpaksa akan ikut menggunakan narkotik itu agar merasa seperti keluarga senasib sepenanggungan.

4.    Menyelesaikan Masalah
Ada yang menganggap pelarian ke narkoba itu seperti pegadaian. Yup, betul sekali mengatasi masalah tanpa masalah. Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah dapat terjerumus dalam pangkuan empuk sang narkoba. Tujuannya adalah agar dapat tidur nyenyak atau jadi senang nan gembira ria dan kemudian merasa masalahnya terselesaikan sejenak.

5.  Mencari Tantangan
Hal ini sekiranya cocok sekali dengan rentan usia muda. Masa muda hanya sekali maka buat hepi-hepi aja ada hadapi tantangan dengan penuh berani. Nah ini nih yang bisa membuat anak muda mencoba-coba narkoba. Huh, padahal mah kalau mau cari tantangan ya mending main arum jeram atau ikutan naik gunung saja lebih asyik. Daripada nyobain narkoba, badan kurus eh kantong ikut kurus.

Mbah Buyung makan Ketan, Sedia Payung sebelum Hujan! Pantun ini sangatlah cocok untuk mencegah perilaku yang menjerumus pada penyalahgunaan narkoba. Sebetulnya kekuatan tameng diri sendiri adalah perlindungan terbaik bagi kita untuk terhindar dari penyalahgunaan narkoba. Namun agar lebih binggo di bawah ini adalah beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mennghindarkan kita terjerat kecanduan narkoba yang sangat bersifat parasit untuk fisil maupun psikis.

1.   Pandai Memilih Teman
Seringkali setiap mengikuti kajian di masjid sekolah sewaktu masih aktif di kegiatan Rohis jaman SMA dulu, saya mendapatkan petuah mengenai tips memilih teman. Bahkan saya diberi tahu bahwa itu ada Hadist nya, beginilah lengkapnya.
Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Memilih teman dalam bergaul adalah hal penting, karena dari pergaulan seseorang belajar memahami dan mengerti satu sama lain. Pergaulan yang salah bisa menyebabkan terperosok sehingga harus berhati-hati dengan teman dalam pergaulan. Menurut saya lebih baik berteman dengan mang Nasi Goreng daripada berteman dengan pencandu Narkoba. Lagi-lagi biar kebagian Nasi Goreng Kornet Bakso. Wkwkwk, maklum Anak Kosan.

2.   Mendekatkan Diri dengan Agama
Dengan ibadah diharapkan seseorang dapat merasa dekat dengan Tuhannya, sehingga dalam bertindak termasuk mengkonsumsi narkoba seseorang akan ingat bahwa Tuhan selalu mengawasinya. Seperti yang terkandung dalam Firman Allah SWT berikut.
"Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan". [al-Baqarah /2 : 74].

Yakin dan taqwa akan membuat kita selalu merasa terawasi dan terbayangi rasa bersalah ketika melakukan kegiatan negatif termasuk penyalahgunaan Narkoba. Sehingga kemungkinan kecil bagi seseorang untuk terjerumus dalam dunia narkoba.

3.    Terbuka dan Mau Curhat
Berusaha untuk terbuka merupakan hal yang lebih baik daripada memendamnya sendiri. Memendam masalah sendiri sedalam-dalamnya hanya dapat menekan perasaan sendiri yang pada akhirnya dapat membuat frustasi bahkan depresi. Akhir dari tindakan frustasi dapat mengkonsumsi narkoba atau lebih parahnya bunuh diri. Naudzubillah.

4.    Menyibukkan Diri dengan Aktivitas Positif
Buat kita yang sedang sekolah atau kuliah lebih baik menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan positif nan konstruktif. Seperti mengikuti OSIS, Ekstrakulikuler, BEM, Unit Kegiatan Mahasiswa, belajar berbisnis, dan kegiatan lainnya. Untuk pemuda yang sudah bekerja mungkin juga bisa memanfaatkan waktu luang nya untuk ikut bersosialisasi di Masyarakat dengan bergabung di Karang Taruna atau LSM lainnya. Semakin sedikit waktu luang yang tidak teroptimalkan maka semakin kecil pula kemungkinan kita terjerumus ke dalam aktivitas negatif seperti penyalgunaan Narkoba.

Masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa semua pengguna Narkoba itu dipenjara, dijeblosin ke kurungan biar kapok. Memang ada betulnya juga, namun perlu dibedakan mana pengguna, pencandu, dan pengedar ya guys. Jangan disama ratakan, masuk penjara satu masuk semua. Seorang penyalahguna bisa dikirim ke panti rehabilitasi jika dia dikenakan pasal tentang penyalahgunaan narkoba (bukan pengedar) sebagaimana diatur Pasal 127 UU Narkotika (dikutip dari www.hukumonline.com). Gerakan Rehabilitasi 100.000Penyalahguna Narkoba, menurut saya adalah sebuah solusi tepat untutuk memutus rantai kecanduan dari korban. Kepala BNN, Komisaris Jenderal Anang Iskandar juga mengatakan bahwa gerakan ini merupakan langkah awal sehingga ke depan dapat merehab semua pengguna narkoba yang di Indonesia yang jumlahnya saat ini mencapai 4 juta orang (dikutip dari www.tribunnews.com).
Berdasarkan data hasil penelitian penyalah guna Narkotika dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal selaras dengan  data dari Laporan Survei Perkembangan Penyalahguna Narkoba di Indonesia Tahun Anggaran 2014 (tersedia di www.bnn.go.id) yang menyatakan bahwa  ada kenaikan yang signifikan dari tahun 2008 hingga tahun 2011, yakni dari 1,9% menjadi 2,2%. Menurut tingkat ketergantungannya terdapat sejumlah 1,15 juta orang pemakai dan 1,89 juta orang pecandu teratur pakai/situasional. Diperkirakan jumlah tersebut meningkat di tahun 2015 dengan prevalensi penyalah guna Narkotika di Indonesia diproyeksikan menjadi 2,8% atau sekitar 5,1 – 5,6 juta jiwa. Sungguh proyeksi angka yang sangat mencengangkan bukan? Bagaimana ceritanya kalau jumlah yang jutaan ini tidak diberikan bantuan perlakuan khusus melalui rehabilitasi? Kerugian fisik, psikis, sosial, dan materi pasti sudah menghantuinya dan bahkan bisa menyebabkan kematian. Bukan hanya itu, negara pun juga ikut dirugikan dengan merusaknya moralitas generasi penerus bangsa. Menurut saya hal inilah yang sangat penting mengingat tidak sedikit dari pemuda dan pelajar yang terjerumus dalam lembah curam nan hitam ini. 

Saya pribadi sangat setuju dengan dicanangkannya Gerakan Rehabilitasi 100.000Penyalahguna Narkoba ini yang notabene adalah sebuah Gerakan Nasional. Gerakan ini kurang berbuah manis jika tidak ada sinergi dari Pemerintah, BNN Pusat dan Daerah, Ahli Pegiat Narkotika, LSM, dan juga Masyarakat. Dalam hal ini masyarakat sebagai komponen kontrol sosial sebaiknya bersifat partisipatif penuh untuk mengamati dan melaporkan penyalahgunaan Narkoba di sekitarnya.
Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit! Mungkin itulah peribahasa yang tepat, sekarang mulai dari Gerakan 100.000, tahun depan mudah-mudahan bisa 1.000.000, dan bertambah seterusnya sampai Indonesia bebas dari ancaman Narkoba. 




Thursday, May 7, 2015

AGUS RAMELAN DAN M. ADLI RIZQULLAH JUARA 1 NATIONAL MITI PAPER CHALLENGE 2015

AGUS RAMELAN DAN M. ADLI RIZQULLAH JUARA 1 NATIONAL MITI PAPER CHALLENGE 2015

2
Bandung, UPI

Agus Ramelan dan M Adli Rizqullah, mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro berhasil meraih juara 1 dalam ajang bergengsi Lomba National MITI Paper Challenge 2015. Prestasi ini adalah prestasi yang ke-3 diraih Agus dan Adli yang sebelumnya juga telah berhasil menjadi finalis terbaik Inovasi Iptek Kemenpora RI 2014 dam juara 3 Energy Research Competition ITB 2015. Acara ini digelar dalam tajuk Leppim Fair 2015 yang diselenggarakan 24-26 April 2015 di Gedung Kebudayaan dan Gedung FPMIPA C, Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.
Leppim Fair 2015 terdiri atas beberapa runtutan kegiatan di antaranya yaitu Seminar Internasional, Bincang Intelektual Mahasiswa, MITI Paper Challenge (MPC), Diskusi Kelembagaan, Riset and Community Training (RCT), dan Bazar Loka Karya. Setelah seleksi yang sangat ketat, maka diambilah 10 finalis dari seluruh kampus di Indonesia. Selanjutnya finalis mempresentasikan karya tulis ilmiahnya di hadapan tiga juri independen yang berkompeten di bidangnya. Setelah berjuang keras di sesi presentasi, akhirnya tim dari Universitas Pendidikan Indonesia yang diwakili Agus dan Adli dinobatkan sebagai juara 1 dan disusul oleh Universitas Brawijaya juara 2, UGM juara 3, Universitas Negeri Makasar juara Harapan 1, dan Untirta juara harapan 2.
“Kami sangat berbahagia bisa menempati posisi pertama, mengingat kami satu-satunya perwakilan tim dari UPI yang lolos sebagai finalis. Prestasi di kancah nasional ini menunjukkan eksistensi mahasiswa FPTK UPI patut disegani dan tentunya prestasi ini kami persembahkan untuk kampus UPI tercinta. Selanjutnya kami telah membentuk tim tecnopreneur bernama Ramdoo Electronics sebagai tindak lanjutnya. Mengingat riset kami adalah riset yang berorientasi pada produk, sehingga besar kemungkinan untuk dikomersialisasikan,” tutur Agus Ramelan.
1
Karya inovasi dari tim Agus dan Adli ini juga diminta Ketua Tim Pengembang MPN Dr. Erlina Wiyarti, M.Pd. untuk ditampilkan di Ruang UPI Kini dan Prestasi Gedung Museum Pendidikan Nasional bertepatan dengan peresmian MPN, Sabtu 2 Mei 2015. Karya tersebut ditampilkan sebagai salah satu representatif karya asli mahasiswa UPI yang telah mempunyai segudang prestasi membanggakan di kancah nasional.
Di sela-sela acara pembukaan museum, Agus menuturkan banyak sekali pengujung yang antusias menanyakan tentang keunggulan dan inovasi karyanya. Memang karya yang dikenalkan Agus dan Adli, kontrol otomatis pengisian baterai laptop adalah produk baru yang belum ada di pasaran. Menurutnya produk ini juga sudah didaftarkan di Hak Kekayaan Intelektual dan siap dipasarkan ketika sudah dapat sertifikat HKI. (WAS)

UKM LEPPIM UPI SELENGGARAKAN LEPPIM FAIR 2015

UKM LEPPIM UPI SELENGGARAKAN LEPPIM FAIR 2015

2
Bandung, UPI

Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Penelitian dan Pengkajian Intelektual Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UKM Leppim UPI) menyelenggarakan Leppim Fair 2015, 24-26 April 2015 di Gedung Kebudayaan dan Gedung FPMIPA C, Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Leppim Fair 2015 terdiri atas beberapa runtutan kegiatan di antaranya yaitu Seminar Internasional, Bincang Intelektual Mahasiswa, MITI Paper Challenge(MPC), Diskusi Kelembagaan, Riset and Community Training (RCT), dan Bazar Loka Karya.
1
Konten acara seminar internasional yaitu “Transfer Teknologi untuk Kemajuan Bangsa Indonesia”, dengan para pembicara Mr. Georg Villinger, MBA. Dipl. Wirtsch Ing. (Ilmuan Teknolog Jerman), Abur Mustikawanto (Wakil dari Dinas Pendidikan), Dr. Warsito Purwo Taruno, M.Eng. (Ilmuan Teknolog Indonesia), dan Riska Ayu Purnamasari, S.Si. (Mahasiswa Tsukuba University).

Acara BIM diisi dengan materi berupa sharing mengenai tips dan trik bagaimana mempersiapkan berkas pengajuan beasiswa yang tepat dan sharing pengalaman hidup di luar negeri sesuai dengan negara alumni yang diundang. Selain itu ada pameran beasiswa, kerjasama Departemen Hubungan Luar Negeri (HLN) MITI-KM dengan Sahabat Beasiswa.
3
Selain acara seminar dan diskusi, kegiatan yang ada di Leppim Fair 2015 yaitu MITI Paper Challenge (MPC) kompetisi penulisan karya ilmiah untuk mahasiswa. Lagi-lagi UPI menorehkan prestasi di ajang karya ilmiah ini. Agus Ramelan, mahasiswa yang berasal dari Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Pendidikan Indonesia berhasil menjadi juara satu di MPC ini. Juara dua dan tiga yaitu dari Universitas Brawijaya dan Universitas Gadjah Mada. Ajang bergengsi, Agus Ramelan juga salah satu anggota dari LEPPIM bersama rekannya sangat bangga mempresentasikan hasil karya tulis mereka dihadapan para juri.
Salah satu kebanggaan yang perlu ditorehkan oleh mahasiswa yaitu mengikuti berbagai kegiatan ilmiah serta mampu mengaplikasikannya dengan capaian utama yaitu membangun Indonesia yang mandiri. Dede Miftahul Anwar, ketua pelaksana Leppim Fair menjelaskan bahwa mendorong prestasi mahasiswa Indonesia di berbagai bidang, meningkatkan kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan dan masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan dari kegiatan ini. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk terus berkarya dan mengabdi pada Negara. (Hani Nurhasanah)

AGUS RAMELAN DAN M ADLI JUARA 3 NATIONAL YOUTH ENERGY REASEARCH COMPETITION

AGUS RAMELAN DAN M ADLI JUARA 3 NATIONAL YOUTH ENERGY REASEARCH COMPETITION

BandungUPI
photo 1
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia kembali menorehkan prestasi terbaiknya di kancah kompetisi ilmu pengetahuan dan teknologi nasional. Kali ini, Agus Ramelan dan M. Adli Rizqullah, mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro, berhasil meraih Juara 3 dalam ajang bergengsi Lomba National Youth Energy Research Competition IATMI ITB 2015.
Acara ini digelar di Gedung TVST A ITB 31 Januari 2015 dan diikuti finalis terbaik perwakilan perguruan tinggi seluruh Indonesia yaitu dari UI, ITS, UPI, Undip dan perguruan tinggi lainnya. Dari  finalis yang terpilih, diseleksi kembali dengan melakukan presentasi di hadapan dua  juri independen dari berbagai kalangan untuk kemudian ditentukan 3 finalis terbaik nasional. Perwakilan UPI, yaitu Agus dan Adli berhasil meraih di tempat ketiga dan bersanding dengan perwakilan dari Universitas Indonesia.
“Kami sangat berbahagia bisa menempati posisi ketiga, mengingat kami satu-satu tim dari perguruan tinggi LPTK dan bersaing dengan mahasiswa teknik murni dari berbagai universitas ternama. Prestasi di kancah nasional ini menunjukkan eksistensi mahasiswa FPTK UPI patut disegani dan tentunya prestasi ini kami persembahkan untuk kampus UPI tercinta” tutur Agus Ramelan. (WAS)

AGUS RAMELAN DAN M ADLI, FINALIS TERBAIK LOMBA INOVASI IPTEK

AGUS RAMELAN DAN M ADLI, FINALIS TERBAIK LOMBA INOVASI IPTEK

1
Jakarta, UPI
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia kembali menorehkan prestasi terbaiknya di kancah kompetisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi nasional. Kali ini adalah Agus Ramelan dan M Adli Rizqullah, Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro berhasil menjadi Finalis Terbaik dalam ajang bergengsi Lomba Inovasi Iptek Pemuda Nasional Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
Acara ini digelar di Hotel Menara Peninsula Jakarta 23-26 Oktober 2014 diikuti oleh 30 finalis pilihan perwakilan perguruan tinggi seluruh Indonesia. Dari 30 finalis yang terpilih, diseleksi kembali dengan melakukan presentasi di hadapan lima juri independen dari berbagai kalangan untuk kemudian ditentukan lima finalis terbaik nasional.
Perwakilan UPI, yaitu Agus dan Adli berhasil meraih tempat pertama sebagai finalis terbaik nasional dan bersanding dengan perwakilan dari Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Gajah Mada, dan Universitas Brawijaya. Dalam perlombaan ini tim mempresentasikan karya berupa alat pengendali charging baterai laptop secara otomatis dengan nama Si Kecil Penyelamat Baterai (SKPB).
Dewan juri menilai, alat ini potensial untuk dikomersialisasikan menjadi produk teknopreneur. Malam Penganugerahan Inovasi Iptek Pemuda Nasional dihelat di halaman Kemenpora RI 24 Oktober 2014 yang dihadiri Mantan Menpora zaman SBY, Roy Suryo.
“Saya dan tim sangat bersyukur dapat mempersembahkan kemenangan ini di sela-sela peringatan Hari Sumpah Pemuda 2014. Kemenangan ini kami persembahkan untuk kampus tercinta dan kampus penuh kenangan, UPI,” tutur Agus Ramelan. (WAS) 

MARI WUJUDKAN UPI MENJADI JAWARA PKM

MARI WUJUDKAN UPI MENJADI JAWARA PKM

1-1
Oleh AGUS RAMELAN
(Lembaga Penelitian dan Pengkajian Intelektual Mahasiswa-LEPPIM UPI)
PENASARAN sekali rasanya malam itu, pukul 21.04 WIB tersirat kabar kalau Pemenang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang 2015 sudah diumumkan. Berdasarkan Surat Lampiran bernomor 0074 /E5.3/KPM/2015, tercantum sebanyak 7.646 pengusul yang dinyatakan didanai pada program PKM 2015. Asas lama masih berlaku, tiga besar peraih PKM terbanyak masih berprinsip 4L (Loe Lagi Loe Lagi). Jumlah terbanyak diraih oleh Universitas Brawijaya dengan jumlah 469 PKM, selanjutnya adalah Institut Teknologi Sepuluh November dengan jumlah 467 PKM, dan di urutan ketiga adalah jawara Pimnas 27 yaitu Universitas Gadjah Mada dengan jumlah 435 PKM yang terdanai.
Apa kabar dengan UPI? Bersyukur sekali, tahun ini saya dan tim menjadi salah satu dari 57 PKM UPI yang didanai. Jumlah 57 hanyalah berkisar 0.745% dari jumlah semua PKM yang didanai di seluruh Indonesia. Jumlah 57 juga hanyalah 12.154% dari jumlahnya PKM yang didanai dari Universitas Brawijaya. Mungkin saja jumlah 57 lebih mendekati Dies Natalis UPI yang ke 60. Sebagai pegiat keilmiahan mahasiswa di LEPPIM UPI, saya sangat sadar bahwa menumbuhkan semangat mahasiswa untuk lebih giat dan bersemangat di bidang penalaran itu tidak mudah.
UPI
Berbagai penghargaan baik pra pengusulan maupun pasca pengusulan PKM yang gencar diberikan kampus juga belum mempan. Status sosial yang menyebutkan bahwa kalau lolos PKM itu adalah Mahasiswa Berprestasi juga belum bisa meringankan jari mahasiswa untuk sekadar mengetikkan usulan PKM. Gerakan 1000 PKM yang digencarkan bersama juga berakhir di posisi setengah dari seribu yaitu tidak lebih dari 500-an judul PKM yang diusulkan.

Ada yang bilang bahwa lebih penting mempersiapkan kualitas dulu daripada kuantitas usulan PKM. Sewaktu menjuarai kompetisi Inovasi Iptek Kemenpora 2014 kemarin, saya sempat berdiskusi panjang dengan kawan dari ITS. Dan baru saja kemarin dia bercerita bahwa untuk meloloskan 467 PKM yang terdanai, Arek ITS (Sebutan anak-anak ITS) mengusulkan sekitar 1100-an usulan PKM. Jadi jumlah PKM ITS yang didanai tahun ini adalah sekitar 43% dari jumlah usulannya. Tak jauh beda dari teman saya dari UGM juga menyebutkan bahwa jumlah usulan PKM di kampusnya juga 1000-an. Informasi ini mengandung pelajaran berharga, ITS yang notabene adalah Juara Pimnas 26 saja hanya bisa meloloskan 43% dari total usulannya. Begitu pula tak jauh dengan UGM, dan juga UB.
Kualitas dan kuantitas usulan PKM itu sangat penting dan saling mempengaruhi. Ini artinya jumlah usulan PKM yang didanai sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas usulan. Untuk meningkatkan keduanya, tidaklah cukup hanya dengan memberikan penghargaan, workshop terpadu, kompetisi pra pengusulan PKM, persyaratan beasiswa dan pelatihan yang dilakukan ormawa. Salah satu langkah kecil yang belum teroptimalisasi dilaksanakan yaitu meningkatkan peran dosen mata kuliah dan pembimbing akademik.
PKM dapat dijadikan “tugas akhir” mata kuliah dan dipresentasikan terlebih dahulu di depan kelas sebelum diusulkan. Dengan langkah seperti ini, semua mahasiswa pasti berkenan membuat PKM dan secara kualitas juga lebih mumpuni karena diberikan arahan langsung oleh dosen mata kuliah serta diberikan masukan oleh teman sekelas ketika presentasi. Selain itu, PKM juga dapat dijadikan syarat kontrak mata kuliah dengan bimbingan langsung melalui dosen pembimbing akademik.
Bisa dibayangkan, misal jumlah mahasiswa ada 5.000, kalau semua diwajibkan dan membentuk tim masing-masing 5 orang per kelompok maka sudah ada 1.000 kelompok yang berpotensi mengusulkan PKM. Langkah seperti ini lebih manjur dan hemat untuk mewujudkan UPI sebagai Jawara PKM. Keseriusan dan keterpaduan adalah kunci untuk menciptakan sejarah baru, menggenggam sebuah piala dari kompetisi penalaran dan keilmiahan mahasiswa terpolur seantereo Indonesia, Piala Pimnas Ardhikarta Kertawidya.