Thursday, May 7, 2015

MARI WUJUDKAN UPI MENJADI JAWARA PKM

MARI WUJUDKAN UPI MENJADI JAWARA PKM

1-1
Oleh AGUS RAMELAN
(Lembaga Penelitian dan Pengkajian Intelektual Mahasiswa-LEPPIM UPI)
PENASARAN sekali rasanya malam itu, pukul 21.04 WIB tersirat kabar kalau Pemenang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang 2015 sudah diumumkan. Berdasarkan Surat Lampiran bernomor 0074 /E5.3/KPM/2015, tercantum sebanyak 7.646 pengusul yang dinyatakan didanai pada program PKM 2015. Asas lama masih berlaku, tiga besar peraih PKM terbanyak masih berprinsip 4L (Loe Lagi Loe Lagi). Jumlah terbanyak diraih oleh Universitas Brawijaya dengan jumlah 469 PKM, selanjutnya adalah Institut Teknologi Sepuluh November dengan jumlah 467 PKM, dan di urutan ketiga adalah jawara Pimnas 27 yaitu Universitas Gadjah Mada dengan jumlah 435 PKM yang terdanai.
Apa kabar dengan UPI? Bersyukur sekali, tahun ini saya dan tim menjadi salah satu dari 57 PKM UPI yang didanai. Jumlah 57 hanyalah berkisar 0.745% dari jumlah semua PKM yang didanai di seluruh Indonesia. Jumlah 57 juga hanyalah 12.154% dari jumlahnya PKM yang didanai dari Universitas Brawijaya. Mungkin saja jumlah 57 lebih mendekati Dies Natalis UPI yang ke 60. Sebagai pegiat keilmiahan mahasiswa di LEPPIM UPI, saya sangat sadar bahwa menumbuhkan semangat mahasiswa untuk lebih giat dan bersemangat di bidang penalaran itu tidak mudah.
UPI
Berbagai penghargaan baik pra pengusulan maupun pasca pengusulan PKM yang gencar diberikan kampus juga belum mempan. Status sosial yang menyebutkan bahwa kalau lolos PKM itu adalah Mahasiswa Berprestasi juga belum bisa meringankan jari mahasiswa untuk sekadar mengetikkan usulan PKM. Gerakan 1000 PKM yang digencarkan bersama juga berakhir di posisi setengah dari seribu yaitu tidak lebih dari 500-an judul PKM yang diusulkan.

Ada yang bilang bahwa lebih penting mempersiapkan kualitas dulu daripada kuantitas usulan PKM. Sewaktu menjuarai kompetisi Inovasi Iptek Kemenpora 2014 kemarin, saya sempat berdiskusi panjang dengan kawan dari ITS. Dan baru saja kemarin dia bercerita bahwa untuk meloloskan 467 PKM yang terdanai, Arek ITS (Sebutan anak-anak ITS) mengusulkan sekitar 1100-an usulan PKM. Jadi jumlah PKM ITS yang didanai tahun ini adalah sekitar 43% dari jumlah usulannya. Tak jauh beda dari teman saya dari UGM juga menyebutkan bahwa jumlah usulan PKM di kampusnya juga 1000-an. Informasi ini mengandung pelajaran berharga, ITS yang notabene adalah Juara Pimnas 26 saja hanya bisa meloloskan 43% dari total usulannya. Begitu pula tak jauh dengan UGM, dan juga UB.
Kualitas dan kuantitas usulan PKM itu sangat penting dan saling mempengaruhi. Ini artinya jumlah usulan PKM yang didanai sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas usulan. Untuk meningkatkan keduanya, tidaklah cukup hanya dengan memberikan penghargaan, workshop terpadu, kompetisi pra pengusulan PKM, persyaratan beasiswa dan pelatihan yang dilakukan ormawa. Salah satu langkah kecil yang belum teroptimalisasi dilaksanakan yaitu meningkatkan peran dosen mata kuliah dan pembimbing akademik.
PKM dapat dijadikan “tugas akhir” mata kuliah dan dipresentasikan terlebih dahulu di depan kelas sebelum diusulkan. Dengan langkah seperti ini, semua mahasiswa pasti berkenan membuat PKM dan secara kualitas juga lebih mumpuni karena diberikan arahan langsung oleh dosen mata kuliah serta diberikan masukan oleh teman sekelas ketika presentasi. Selain itu, PKM juga dapat dijadikan syarat kontrak mata kuliah dengan bimbingan langsung melalui dosen pembimbing akademik.
Bisa dibayangkan, misal jumlah mahasiswa ada 5.000, kalau semua diwajibkan dan membentuk tim masing-masing 5 orang per kelompok maka sudah ada 1.000 kelompok yang berpotensi mengusulkan PKM. Langkah seperti ini lebih manjur dan hemat untuk mewujudkan UPI sebagai Jawara PKM. Keseriusan dan keterpaduan adalah kunci untuk menciptakan sejarah baru, menggenggam sebuah piala dari kompetisi penalaran dan keilmiahan mahasiswa terpolur seantereo Indonesia, Piala Pimnas Ardhikarta Kertawidya. 

No comments:
Write Komentar