Sunday, January 26, 2014

Ini Kisahku : Energi Terbarukan Hanya Alternatif Saja?



” Berkenaan dengan tema Mengapa Pengembangan Energi Alternatif Terkendala?
yang terkandung dalam pesan (artikel) berjudul Desa Mandiri Energi di www. darwinsaleh.com, saya berpandangan bahwa saya setuju karena untuk membangun sebuah negara yang kuat dan hebat, maka pondasi utama adalah dari kekuatan rakyatnya. Dan kemandirian energi dari desa adalah modal kuat untuk Indonesia yang Hebat!” 
-@masramdahsyat- 



           Ini Kisahku : Energi Terbarukan Hanya Alternatif Saja?


Apakah yang pertama kali Sahabat rasakan ketika mendengar kata “Alternatif”? Beragam dan unik-unik pastinya tanggapan sahabat semua, namun mungkin sedikit ada kesamaan dengan apa yang saya rasakan. Ini dia yang saya rasakan ketika mendengar kata “Alternatif”. Saya agak gimana gituh dan mungkin sedikit tertawa dalam hati ketika mendengar kata “Alternatif”. Ya yang muncul di otak saya pastinya “Pengobatan Alternatif”. Apalagi yang akhir-akhir ini lagi ngetrend iklan di TV tentang klinik alternatif. Berikut cuplikannya :
“Setelah berobat di Klinik T******* saya sekarang dapat sembuh lagi. Terima Kasih Klinik T*******”. Gaya saya menirukan iklan Klinik tersebut.
Efek klinik ini pun merambah dunia plesetan maya di jejaring sosial media yang ramai dijadikan bahan pokok pembicaraan oleh kawula muda. By the way, bukan mengenai klinik yang bersangkutan yang akan saya bahas lebih lanjut Sob, entar malah jadi “ngrumpi” dong ane.
Penjabaran situasional penggunaan kata “Alternatif” di atas hanya sebuah tolak ukur sejauh mana tanggapan langsung masyarakat. Hal ini saya kira perlu disebabkan akhir-akhir ini muncul ungkapan “Energi Alternatif”. Tidak tanggung-tanggung, ada kemungkinan ungkapan ini dimunculkan pemerintah dengan tujuan mengenalkan sumber energi pengganti energi fosil yang kian lama kian menipis dan bahkan pasti habis dalam kurun waktu tertentu. Nah, maksud saya menanyakan terlebih dahulu mengenai pendapat Sobat ketika menderngar kata “Alternatif” itu sangat berkaitan mengenai bagaimana tanggapan Sobat ketika mendengar istilah “Energi Alternatif”.  Implikasinya adalah untuk mengukur sejauh mana ketajaman khasiat ungkapan yang “Energi Alternatif” yang digunakan oleh pemerintah. Dewasa ini kita sering dicekoki pemberitaan di media massa mengenai berbagai macam energi terbarukan yang disebut sebagai energi alternatif masa kini. Jikalau pemahaman kita tentang kata alternatif pada ungkapan “Energi Alternatif” sama dengan kata alternatif pada ungkapan “Pengobatan Alternatif” maka makna energi alternatif bisa jadi hanya sebagai energi pengganti yang tidak wajib dan bahkan tidak normal untuk digunakan. Banyak kaum muda yang mempunyai pernyataan, apalah arti sebuah nama? Namun, saya sebagai orang Indonesia dan khususnya dari tanah jawa memaknai sebuah nama itu sebuah “Dongo atau Pangajab”. Artinya, jika energi terbarukan dengan sengaja disebut sebagai energi alternatif seperti penjelasan di atas maka belum ada keseriusan dari pemerintah maupun masyarakat untuk mendayagunakan energi terbarukan.
Di suatu senja di atas kereta kelas ekonomi jurusan Kiara Condong – Jebres, saya tiada henti menatap kaca yang langsung tembus pada pemandangan alam tropis Indonesia yang memikat dan membuat decak kagum. Dari Kota Kembang sampai Kota Budaya Surakarta, dominasi warna hijau alam Indonesia sangat pekat dan menandakan inilah tanah super subur di dunia. Segala bahan baku untuk apapun ada di negeri ini, mulai dari bahan baku tusuk gigi sampai bahan baku nuklir pun ada di nusantara. Tak jauh menyalahkan siapa pun, saya sendiri merasa sangat bersalah dan akhirnya bersyukur, karena mulai dari saat itu muncul lah motivasi pada diri ini untuk menuntut ilmu dengan lebih giat agar mampu mengelola segala bahan yang ada di tanah tumpah darahku ini. Menurut artikel yang pernah saya baca, Bung Karno berpesan kepada seluruh generasi Indonesia dan salah satunya pasti adalah saya.

“Kutitipkan Bangsa dan Negara Ini Kepadamu” Bung Karno – Presiden Pertama Indonesia

Jauh sebelum saya lahir, Bung Karno telah berpesan sekaligus percaya kepada generasi bangsa ini untuk mengurus Indonesia. Ingat bung! Ini adalah amanah yang dahsyat dan tentunya kita harus berupaya mewujudkannya. Di samping itu, saya juga pernah membaca artikel yang menyebutkan Bung Karno menolak secara halus ketika ada perusahaan asing yang ingin berinvestasi di Papua.
“Saya sepakat dan itu tawaran menarik. Tapi tidak untuk saat ini, coba tawarkan kepada generasi setelah saya” Bung Karno
Kalimat yang diungkapkan Bung Karno tersebut bukanlah sudah ungkapan untuk merendah di tangan asing, beliau hanya mencoba untuk memberi kesempatan kepada generasi setelahnya yang dirasa akan lebih siap sumber daya manusianya. Bukan hanya sekadar untaian kata saja, waktu itu Bung Karno lantas mengirimkan putra-putri Indonesia untuk menuntut ilmu di belahan negara lain yang dirasa lebih maju. Namun, menurut artikel sejarah yang pernah saya baca lagi berkat gonjang-ganjing politik di negeri ini maka bak meninggalkan pondasi cakar ayam yang telah dibuat pemborong sebelumnya. Maksudnya ya sepertinya yang acapkali kita dengar, ganti pemerintahan ganti kebijakan dan ada plesetan ganti mobil juga katanya. Pemerintahan yang tidak berkesinambungan terhadap progam jangka panjang besar kemungkinan tidak akan menciptakan pembangunan suatu negara yang terencana dan diharapkan masyarakat.
Sebagai mahasiswa teknik, saya sendiri selalu menggebu-gebu ketika berdiskusi ataupun bereksperimen untuk menemukan sesuatu yang baru, sederhana dan berguna. Termasuk mengenai Energi Terbarukan yag akhir-akhir ini ramai diperbincangkan. Di kalangan mahasiswa sendiri, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi KEMENDIKBUD RI telah mewadahi mahasiswa untuk berkreasi di bidang apapun, salah satu dibidang ilmu terapan yaitu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Secara swadaya dari kalangan unit kegiatan mahasiswa, BEM dan Organisasi Kemahasiswaan juga tidak kalah sering mengadakan perlombaan inovasi seperti Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional. Sangat begitu banyak inovasi baru yang ditawarkan mahasiswa, mulai dari hal yang sangat sederhana sampai yang lumayan kopleks pun ada. Dalam kegiatan semacam ini saya pun juga aktif mengikutinya dan juga pernah mendapatkan juara. Sebagai contohnya saya mengusulkan sebuah pola baru dalam pembuatan tahu yang sama sekali tidak menggunakan bahan bakar minyak atau fosil. Sayang, semua hanya sebatas lomba saja. Firasat ini sudah muncul ketika saya dulu menjuari Lomba Penulisan Karya Ilmiah Remaja tingkat SMA se-kabupaten. Waktu itu saya yang sangat polos sudah mengira bahwa kebanyakan kompetisi semacam ini pasti hanya akan berhilir piagam, hadiah, piala atau trofi dan jurnal di atas kertas. Alhasil, pengalaman saya membenarkan firasat saya dulu itu.
Semalam setelah naik kereta saya termenung di atas kasur kapuk serambi berbaring menatap atap rumah. Meratapi betapa potensialnya negeri ini untuk berdiri di atas kaki sendiri, khususnya di bidang energi. Kenapa tidak? Boleh lah energi fosil di Indonesia sudah dieksploitasi oleh orang bukan pribumi, namun Indonesia menyimpan berjuta bahan baku untuk dijadikan Energi Terbarukan. Negeri avatar seakan kalah oleh Indonesia, bukan hanya angin, air, bumi, dan api yang ditawarkan bumi pertiwi. Sewaktu mengikuti kompetisi IPTEKDA Kab. Wonogiri, 2008 silam, saya masih ingat betul dengan Bapak Lasiman. Seorang tukang las yang penuh inovasi walaun bukan seorang doktor bahkan profesor. Walaupun beliau saingan saya pada waktu itu, namun Pak Lasiman telah memberikan pengetahuan dan motivasi lebih kepada saya. Hanya dengan bermodal sebuah tabung seukuran kurang lebih 12 Kg tabung LPG, beliau dapat menyulap dedaunan menjadi bioethanol. Herannya ketika lubang pipa pendek pada tabung disumut korek api, maka tabung tersebut tidak meledak, namun nyala api berewarna biru lah yang keluar. Luar Biasa! Kata saya yang waktu itu masih duduk di kelas XI SMA. Bapak ini menyulap daun menjadi bahan bakar yang katanya dapat digunakan sebagai pengganti bensin. Tanpa penyulingan, tanpa fermentasi dan tentunya tanpa alat yang super duper canggih. Inilah teknologi kerakyatan, sebuah terobosan teknologi yang mudah, murah dan bermanfaat bagi masyarakat.




Kisah nyata di atas merupakan coretan asli yang muncul dari kalangan bawah, yang notabene belum melakukan riset yang njlimet dan bertubi-tubi. Logikanya, kalau yang tidak paham apa-apa saja paham mengenai energi terbarukan apalagi mereka yang pintar dan didukung jabatan. Sekarang kalau menurut saya pribadi, tinggal kita mau atau tidak? Kalau saya pribadi sih mau saja, namun ya baru mampu bertindak sesuai dengan kapasitas saya. Banyaknya inovasi serta didukung ketersediaan bahan baku seharusnya sudah menjadi modal paling kuat untuk mengimplentasikannya guna menuju bangsa mandiri dan berdikari. Keberanian menapakkan kepentingan bersama lebih dari sekadar kepentingan lingkaran bisnis, politik dan kepentingan lainnya adalah langkah awal yang sepatutnya dilakukan. Dalam hal ini tentunya yang paling berhak berada di garda terdepan adalah beliau-beliau lah yang memangku jabatan negara ini. Sehingga ke depan, energi terbarukan benar-benar menjadi kekuatan baru yang mengaung dari tanah nusantara. Bukan hanya sekadar alternatif yang bila dikerjakan tidak mendapat “pujian” apapun dan apabila tidak dikerjakan juga tudak mendapat apa-apa.  

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan”. 

4 comments:
Write Komentar
  1. setuju, mau memulai sesuatu yang baru, sesuatu yang baik adalah awalnya, meskipun kelak akan ditemui banyak rintangan tapi jika tidak dimulai kita tak kan pernah tau bagaimana akhirnya. Saya setuju, kita membahas topik yang sama, tpi punya cerita dengan sisi yang berbeda, mari mampir :)

    ReplyDelete