Monday, November 25, 2013

Sebuah Kisah untuk Menjadi Pejuang Ilmiah LEPPIM UPI

Dua tahun lalu saya baru senang-senangnya menikmati status mahasiswa. Betapa tidak, status inilah yang mayoritas didambakan lulusan SMA yang notabene sering disebut sebagai SMA terfavorit se Kabupaten Wonogiri. Impian orangtua sekaligus impian sendiri untuk sekolah di SD terbaik di desa, SMP terbaik di kecamatan, dan SMA terbaik di kabupaten sudah terwujud dengan mulus tanpa gangguan apapun. Sekarang seharusnya jikalau menuruti hirarki keinginan akademik, saya seharusnya kuliah di kampus terbaik di Provinsi. Jadi, komplit sudahlah melalangbuana saya menjajaki sekolah terbaik di desa sampai provinsi. Namun, lagi-lagi Yang Maha Kuasa mempunyai rencana lebih indah pada diri saya.  Waktu itu seakan waktu yang susah untuk diungkapkan dengan goyangan lidah semata. Alhamdulillah, sebelum beliau melambaikan tangan untuk terakhir kalinya, saya bisa memberikan kado istimewa sebagai jawaban air matanya saat keberangkatanku yang penuh “kontroversi hati”. Saat itu dengan bangga aku memberi kabar keluarga, sanak-saudara, teman-teman, dan bahkan beberapa kawan-kawan semu bahwa saya Agus Ramelan, cucu seorang Mbah Podrono yang sangat dituakan dan dihormati se Desa Kepyar telah resmi menjadi mahasiswa di Kampus Terbaik (ya terbaik menurut saya, hehehe). Permintaanya agar kelak perjaka ditengah dua bidadari buah hatinya ini menuntut ilmu di padepokan pendidikan yang mencetak seorang Guru ataupun Pendidik sudah saya laksanakan. Dulu saya berkata namun, sekarang sudah mengerti bahwa rencana Yang Maha Mengatur itu indah dan sangat meringankan hamba-Nya. Tepat hari pertama MOKA-KU  beliau sudah perdi terlebih dahulu tanpa pesan pesan terakhir pada saya. Seketika, setelah di depan pintu rumah pejaman matanya bak menyuratkan sebuah untaian geguritan yang indah dan memotivasi, “Le, Bapak budhal rumiyen. Jaga awakmu, jaga Ibumu, lan Jaga Keluargamu. Dadio srengenge ne jagat sing dianti-anti lan maguno mergo makaryo”.
Apapun yang terjadi saat itu lah saat saya mulai menjadi seuutuhnya mahasiswa yang dewasa. Dewasa di seluruh aspek dan tetekmbengek-nya, dan tentunya yang paling berkesan adalah aspek finansial. Luar biasa, memang manusia itu diciptakan sudah sempurna bersama rezekinya. Manunia tinggal mau atau tidak berkerja keras menjemput jatah rezekinya yang telah disiapkan. Terlepas dari hal itu semua, ternyata sulit dibayangkan betapa indahnya dunia kampus itu. Bahtera perguruan tinggi menghidangkan santapan yang lezatos dan jos gandos untuk dinikmati. Namun pertanyaannya, apakah semua mahasiswa mau menikmatinya? Onde mande, bayangkan saja kalau seluruh menu yang terpampang di warung makan touchscreen (baca :warteg) gratisan, pasti dah saya serbu setiap hari, apalagi untuk saya yang notabene anak kosan. Nah, begitu juga ternyata berkaitan dengan “hidangan” mantap yang tersedia di kampus. Semuanya butuh upaya bahkan pengorbanan untuk mencicipinya. Sadar dengan hal tersebut saya mulai mencari informasi dan bergabung komunitas-komunitas internal kampus. Dan mulai saat itulah, berkecipung di beberapa perkumpulan seakan menjadi “pelampung” bagi saya untuk berenang dibelantara samudra pendidikan tinggi.
Tak terasa, sekarang dua tahun sudah terlalui. Manis, asem, pahit, tawar, dan banyak rasa lain sudah dirasakan. Campur aduk itulah yang sekarang dapat mendorong diri saya untuk memposting curahan ini untuk rekan-rekan semua. Terkhusus untuk rekan-rekan kandidat LEPPIM-ers. Ya, sekarang ini sudah awal pengkaderan yang ketiga kalinya untuk saya rasakan, lebih tepatnya satu kali menadi peserta LIC dan dua kali ini mengurus LIC sebagai panitia yang langsung menaunginya. Benar sekali, tahun ini saya diamanahi sebagai Kadep Pengembangan Sumber Daya Manusia. Sebuah departemen yang proker akbar nya adalah pengkaderan. Ya, inilah jantung sebuah organisasi, mengingat tanpa adanya pengkaderan yang mencetak generasi penerus maka suatu organisasi dapat dipastikan kempas-kempis untuk bertahan.
Sebelumnya saya ingin menyapa rekan-rekan Anggota Muda UKM LEPPIM UPI yang mencapai 100 orang dengan tiga kata sakti bin ajaib, “Kita Mahasiswa Ilmiah!”. Semoga dengan pernyataan tersebut kita semua diluruskan niatnya dan terus dibekali semangat membangun peradaban. Wabah utama yang sering mendera sebuah penkaderan adalah runtuhnya militan handal yang diawal-awal semangat membara. Lambat laun, kuantitas maupun kualitas mereka terkikis dan terkadang hanya menyisakan beberapa orang saja. Hal yang biasa bukan? Baiklah, karena itu hal yang biasa maka saya pribadi selaku komandan PSDM dengan tegas mengatakan untuk tahun ini “Hal semacam itu bukan hal biasa!”. Serius dan kerjakeras setiap elemen internal LEPPIM senantiasa akan berusaha mendidikan dan mengkader AM dengan sebaik-baiknya. Untuk apa gabung sebuah organisasi hanya untuk ngobrol, mengisi status di jejaring sosial, gengsi ketika ditanya teman, ataupun sekadar mengisi CV? Upaya serius kami tak akan berhasil jikalau pa diri rekan-rekan AM sendiri belum siap dan komitmen untuk menjalaninya. Nah, mumpung masih diawal kami ingatkan “Jika Anda ragu, Pulanglah!”. Bagi rekan-rekan yang masih mempunyai secerca harap menjadi Anggota Biasa atau sering disapa dengan LEPPIM-ers, mari terus untuk semangat berkarya selagi muda. Ada beberapa cuplikan pengalaman yang dapat kami bagikan mengenai bagaimana untuk benar-benar menjadi LEPPIM-ers?
Pertama, Kenali lebih dalam dan lebih dalam segala seluk beluk UKM LEPPIM UPI. Ungkapan “Tak kenal maka tak sayang” sudah menjadi bumbu kehidupan yang tanpa kehadirannya berasa hambar. Dulu hampir satu bulan lebih saya berupaya mengenali LEPPIM, mulai dari sejarahnya, gonjang-ganjing “politiknya”, fokus kegiatannya, prestasinya, pembiayaan kegiataannya, dan yang gak kala penting “ngepoin” anggota-anggotanya terkhusus teteh-tetehnya yang geulis dan cerdas-cerdas. Subhanallah pokoknya. Upaya ini membuahkan hasil, saya dapat mengenal LEPPIM jauh lebih dekat dibandingkan apa yang saya pikirkan sebelumnya.
Kedua, Pautkan motivasi rekan-rekan bersama LEPPIM. Maksudnya sederhana, motivasi rekan-rekan ketika ingin bergabung LEPPIM coba sinkronkan dengan visi misi LEPPIM. Hal ini diperlukan untuk menimbang sejauhmana kesesuaian motivasi rekan-rekan dengan fokus kegiatan LEPPIM. Ya, taku saja jikalau ternyata rekan-rekan salah masuk atau dengan kata lain terdampar masuk. Tapi, banyak juga rekan saya di LEPPIM yang awalnya cuman iseng-iseng saja namun luar biasa berprestasi sekarang. Namun, bukankah segala sesuatu itu lebih baik terencana bukan?
Ketiga, Sayangi dan Cintai LEPPIM. Wow, kenapa harus cinta dan sayang? Dalam KBBI kata sayang dan cinta nyaris tidak ada bedanya. Sayang didefinisikan sebagai cinta kasih, sedangkan cinta adalah perasaan suka sekali atau sayang benar. Whatever, untuk rekan-rekan AM, jangan pernah meragukan arti sayang dan cinta terhadap LEPPIM. Karena kedua rasa tersebut terbukti dapat memberikan kekuatan mahadahsyat hingga mampu melakukan apapun tanpa mengharap imbalan. Masih ingat kan petuh salah satu MPO LEPPIM UPI, The Lino? Ya beliau pernah berpetuah dalam Grand Opening LIC kemarin, “Hiduplah di LEPPIM, tapi jangan mencari kehidupan di LEPPIM”.
Keempat, Konsisten. Masih ingat menegani Teorema Fungsi Kontinu?, apapun yang terjadi fungsi akan tetap terdefinisi pada seluruh interval terbuka sesuai dengan anggota fungsi tersebut. Maksud saya adalah sikap konsisten rekan-rekan AM dapat dibuktikan dengan selalu ada dan setia setiap saat terhadap LEPPIM. Tanpa merasa membebani, kami berharap rekan-rekan menerapkan sikap konsisten ini. Tolak ukur konsistennya AM akan terlihat nanti di akhir kepengurusan. Tolak ukur ini akan memunculkan beberapa status seperti Rexona Member (Setia Setiap saat –red), Siluman (Kadang ada, Kang Ilang-red), Kutu Loncat (Cari untungnya saja-red), Jask Semellows (Jaga sekre dan selalu mellow di sekre-red), dan masih banyak lainnya. So, mana pilihan mu?, Kalau bisa tentukan saja dari sekarang, biar kami mudah membuat klasifikasi AM sekarang. hehehe
Kelima, Totalitas. Pernah dengar mengenai kerja cerdas, keras, lugas, tegas, dan totalitas?. Kira-kira mengapa kata totalitas paling enak ditauh di paling akhir? Hello!, itu semua bukan kebetulan kawan, memang ada maksudnya. Bagaimana tidak sempurna jika seorang itu cerda, bekerja kersa, lugas, dan tegas. Wow, pasti dah saya ge juga mau seperti itu. Namun, sepertinya upaya itu semua gak memberikan hasil terbaik jika tak dibarengi dengan kerja total. Bayangkan andaikata tinggal satu langkah lagi tapi sudah malas untuk merampungkannya, ehm sayang banget kan. Nah, totalitas untuk masa sekarang buat AM lebih fokus untuk total dan loyal dalam mengikuti seluruh alur pengkaderan yang telah disediakan. Hati-hati dan waspadalah, totalitas akan hilang hanya dikarenakan faktor kecil pisan. Contohnya mudah, selama dua kali LIC kemarin saya bertubi-tubi di sms “Kak, maaf saya izin LIC hari ini dikarenakan mau mudik ada urusan keluarga”, ada lagi “Kak, maaf saya telat LIC dikarenakan ada urusan sebentar”. Ada yang mungkin sudah merasa aman karena sudah izin, namun perlu diketahui bahwa saya dan tim PSDM kurang menghiraukan sms seperti itu. Mangga, semuanya itu prioritas kawan. Kami hanya ingin rekan-rekan ketika berniat bergabung menjadi “Pejuang Ilmiah” bersama LEPPIM dengan sikap totalitas dan loyalitas, mengingat faktor ini akan menjadi pemecut menciptakan kretivitas tanpa batas.
Putra Jaya, Malaysia

Bertahan sampai akhir pengkaderan dan berkaya bersama rekan-rekan AB lain merupakan kenikmatan yang mantap dan belum pernah saya rasakan di luar. Betapa tidak, bermodal saling melengkapi antara satu sama lain kami bisa mengibarkan bendera almamater di penjuru dunia. Menunjukkan pada mereka bahwa kami bukan generasi “terdampar”, kamilah generasi emas yang membuat bangsa ini berjaya denga kreativitas. Tak ada paksaan untuk rekan-rekan AM menentukan pilihan, artikel ini tak jauh hanya sekadar berbagi pengalaman yang pernah kami rasakan. Sekali lagi, Mari bersama LEPPIM, selagi muda, selagi mahasiswa, ukir karya nyata sebagai bentuk Cinta Indonesia! Salam Ilmiah!
Oleh : Agus Ramelan (KADEP PSDM UKM LEPPIM UPI 2012/2013)