Dikutip dari Buku “SOEKARNO Biografi Singkat 1901-1970” (Taufik
Adi Susilo.2008.Yogyakarta:Garasi)
***
Jarum
jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap
dengan senjata. Malam harinya, ketahanan tubuh Soekarno kian lemah. Dia koma.
Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.
Keesokan
harinya, mantan wakil presiden Moh. Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya
ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan
sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno
berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, dia berkata
lemah.
“Hatta..,
kau di sini..?”
Yang
disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun, Hatta tidak mau kawannya
ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan
yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit
tersenyum menghibur.
“Ya,
bagaimana keadaanmu, No?”
Hatta
menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang
lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan
kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.
Bibir
Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan
bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan keyika masih bersatu
dalam Dwitunggal.
“Hoe gaat het met jou . . .?”
Bagaimana
keadaanmu?
Hatta
memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.
***
Minggu
pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter
kepresidenan, seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang
paramedis, dia memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter
yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi. Dengan
sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan
sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang
lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang sangat tinggi dari tangan yang
amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu tidak
pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. Kini
untuk selamanya.
Situasi
di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara
burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang
begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan.
Dunia
melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang
menyayanginya, tapi tak banyak pula yang membencinya. Namun, semua sepakat,
Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan
kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah tiada.
No comments:
Write Komentar