Dikutip dari Buku “SOEKARNO
Biografi Singkat 1901-1970” (Taufik Adi Susilo.2008.Yogyakarta:Garasi)
Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970.
Ruangan Intensif Care RSPAD Gatot
Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap
bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah
banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah
sakit hingga pelataran parkir. Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa.
Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah
sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanaya berjarak lima
kilometer.
Malam itu, desas-desus itu
terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang
mantan Presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari
ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang dulu pernah sangat
berkuasa ini memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang
tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.
Lelaki yang pernah amat jantan
dan berwibawa, dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad,
sekarang tak ubahnya bagai sosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini
wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah
menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan
permukaan bulan. Mulutnya yang dulu mampu menyihir jutaan massa dengan
pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan kering.
Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua tangannya yang yang
dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi
tubuhnya yang kian kurus.
Sang Putra Fajar tinggal menunggu
waktu.
Bersambung . . .
No comments:
Write Komentar