Monday, January 14, 2013

Di mana Letak Kesadaran Itu?



Bangsa kita sejak dulu sudah dikenal sebagai bangsa yang beradab dan beretika tinggi. Ya, sudah tak diragukan lagi masalah kesopanan ini di negeri tercita Indonesia. Namun, cobalah kita tengok ke masalah “kesadaran” penduduk kita. Sampelnya mudah saja, coba jalan-jalan saja dengan radius 5 km di belantaran kota. Amati berapa rambu-rambu atau papan larangan yang kita jumpai. Saya yakin, lebih dari sepuluh papan larangan yang kita jumpai.
Bahasanya pun beragam, mulai dari peribahasa sampai adanya kata-kata binatang muncul di sela-sela kalimat larangan tersebut. Perihalnya pun juga beragam, mulai dari dilarang parkir sampai hal yang sangat khusus sekali pun ada semisal dilarang buang pembalut di sini. Waduh-waduh koplit plit plit da pokonya, semua larangan ada di negeri ini.
Sudahlah, di satu sisi pasti ada perihal positif yang dapat kita petik dari papan larangan yang kita temui. Minimalnya, ada gejolak luar biasa ketika kita mau membuang sampah di tempat yang bertuliskan “Jangan Buang sampah Di Sini, Anjing!”. Nah, mungkin itulah yang diharapkan dari sang penulis papan larangan.
Di sisi lain juga, dengan banyaknya papan larangan muncul persepsi sebenarnya dimana letak kesadaran masyarakat Indonesia termasuk kita semua?. Apaka kita sudah mendarah daging dengan sebuah larangan-larangan yang tertulis bahkan terpampang di setiap sudut tempat? Anehnya lagi, banyak sekali yang mengabaikan papan larangan yang sudah terpampang dengan jeas, tegas dan bahkan keras. Masih banyak yang menjadikan bahan tertawaan mengenai papan yang bertuliskan “Hanya Monyet yang Boleh Merokok Di sini!”. Hemz, sepertinya hal ini lucu juga ketika tetap ada yang sengaja merokok, menginat larangan itu menyeru subuah kemiripan antara perokok di tempat itu dengan monyet. Hahaha. Namun, seperti pepatah fashion mengatakan “pakaian yang kita kenakan adalah cerminan jati diri kita”. Nah, begitu pula dengan pemandagan papan larangan yang tercecer di mana-mana mungkin juga termasuk cerminan jati diri kita sebagai masyarakat Indonesia.
Yah apalah artinya sebuah pertentangan maupun kebalikab pendapat, semua kembali ke diri kita masing-masing. Kesadaran kita sendiri perlu dipupuk dan ditumbuhkembangkan sebelum menanamkan kesadaran pada diri orang lain. Okey, so mulailah dari diri kita dulu bray!

2 comments:
Write Komentar
  1. sip!...syukurlah msih ada memiliki cara berpikir sprti ini...

    ReplyDelete
  2. sip!...syukurlah msih ada memiliki cara berpikir sprti ini...

    ReplyDelete